Silakan Copy dan sebarkan Content blog ini dengan syarat cantumkan sumber atau URL blog...thanx
Untuk masuk ke Blog, "KLIK" Salah Satu iklan di bawah ini 1X, lalu klik close 2X

Rabu, 18 April 2012

Penyebab Runtuhnya Peradaban Besar

Jaman sekarang, yang lagi memimpin dunia dengan peradabannya yang gemilang adalah Amerika. Negri PamanSam ini benar-benar menjadi pusat perhatian dan trend center dunia. Mulai dari cara berpakaian masyarakatnya, makanan, pekerjaan, hingga tatanan sosial, sistem kenegaraan, perpolitikan, ekonomi, dan lain sebagainya benar-benar ditiru oleh sebagaian negara-negara di dunia ini. Mereka merasa kemajuan Amerika patut diteladani dengan meniru berbagai hal yang menurut mereka dapat memajukan peradaban mereka.

Jaman dulu kala juga begitu, peradaban besar menjadi objek teladan bagi negara atau bangsa lain. Sebut saja peradaban besar seperti Imperium Romawi dan Imperium Abbasyiah. Kenapa Ane bilang Imperium Romawi dan Imperium Abbasyiah? Ya…Karena dua kerajaan inilah yang merupakan masa keemasan peradaban Barat dan peradaban Timur, kadang ada juga yang menyebutnya masa kejayaan antara kebudayaan yang mewakili peradaban Kristen dan peradaban Islam. Imperium Romawi adalah kekaisaran yang terkuat dan termaju pada zamannya, banyak daerah yang mereka taklukkan dan dijadikan daerah jajahan. Begitu juga dengan Imperium Abbasyiah, luas kerajaannya meliputi daratan Asia dan Afrika…Sungguh peradaban yang menakjubkan…


Peta Kekuasaan Imperium Romawi






Peta Kekuasaan Imperium Abbasyiah


Namun tahukah Sobat??
Ternyata Dibalik kemegahan Peradaban yang mereka miliki, terdapat berbagai pembusukan yang menggerogoti mereka dari dalam. Pembusukan yang menggerogoti ini berakhir tragis dengan runtuhnya peradaban besar yang selalu mereka bangga-banggakan. Pembusukan ini menyebabkan mereka lemah, rapuh dan akhirnya mereka mudah ditaklukkan dan menjadi makanan kaum barbar. Bagimanakah kisah kebusukan ini?? Berikut Ulasannya….Cekibrot…

Keruntuhan Imperium Romawi
Civis Romanus Sum (artinya: Saya Orang Romawi) adalah kalimat yang dipakai oleh Orang Romawi dan menunjukkan kebanggaan orang-orang Romawi pada imperiumnya di masa puncak kejayaannya. Kegemilangan peradaban Romawi menjadikan Eropa sebagai cahaya dunia masa lampau. Kekaisaran Romawi ini berdiri dari tahun 27 SM hingga 476 M. Kota-kotanya sangat besar dengan istana-istana yang megah dan pilar-pilar raksasa. Ekonominya juga sangat makmur. Ilmu pengetahuan berkembang pesat dan sekolah-sekolah tersedia buat semua orang. Akan tetapi, kehebatan mereka membuat mereka lupa diri. Dengan kekayaan berlimpah yang dimilikinya, para kaisar Roma sibuk bermewah-mewahan dan memuaskan nafsunya sendiri. Di masa-masa yang penuh kemegahan seperti ini, tidak ada yang bakal menyangka Roma akan jatuh…

Orang-orang Romawi dilanda penyakit. Saat para penguasa makan, mejanya dipenuhi makanan-makanan lezat yang berlimpah dan tidak akan habis dimakan dalam dua hari. Mereka makan sampai perutnya buncit dan kelelahan. Semua makanan itu juga tidak dihidangkan sembarangan, tapi harus dihidangkan dalam perlengkapan mewah yang terbuat dari emas dan perak. Sambil makan, mereka para penguasa itu, dihibur oleh pelayan-pelayan cantik dan para penyanyi yang berpakaian setengah telanjang sambil menari-nari dengan mesum. Sungguh menyenangkan memang, tapi masalahnya siapa lagi yang sempat memikirkan kerajaan?

Kerajaan makin tak terurus. Sementara itu, Rakyat yang melihat perangai para penguasa yang demikian, akhirnya menjadikan mereka lemah dan terlena. Pemerintahan diseluruh negeri diisi oleh orang-orang yang bekerja dengan tidak jelas dan korup. Rakyat mengisi waktu luang tidak lagi dengan belajar, berpikir, dan memperbaiki diri, namun sibuk menonton hiburan-hiburan vulgar dan brutal di Collosseum. Di sana terdapat pertarungan antar para jagoan gladiator atau antara gladiator dengan binatang-binatang buas. Mereka sepertinya merasakan kesenangan dan kepuasan waktu melihat darah yang merah berceceran di arena. Sungguh Miris….

Tentara-tentara Roma, Praetorian dan Centurion, yang tadinya perkasa, gagah berani, dan menguasai dunia, lama-lama banyak diisi oleh kaum barbar yang lemah, tidak punya disiplin, dan malah suka menindas rakyatnya sendiri. Kasihan orang-orang Romawi ini. Mereka kelihatannya sudah begitu mabuk dengan kesenangan dunia hingga tidak menyadari hari akhir mereka sudah dekat.

Orang-orang Barbar, yang sudah sejak lama menghuni batas-batas Romawi di utara Eropa, melihat semua ini. Roma sudah lemah dan ini waktu bagi mereka. Akhirnya mereka menyerbu masuk ke jantung kekaisaran. Romawi yang besar akhirnya runtuh. Kaisar Romawi terakhir, Romulus Augustus, diturunkan oleh pemimpin suku Jerman bernama Odoacer pada 476 M. Akhirnya setelah ditaklukkan, segala lambang kejayaan Romawi di Eropa, hancur. Pusat pemerintahan yang indah dengan kolom-kolom yang megah, arena koloseum raksasa yang bisa menampung puluhan ribu penonton, dan perpustakaan-perpustakaan besar yang berisi pengetahuan-pengetahuan hebat sepanjang sejarah, hanya tinggal kenangan. Buku-buku karya filusuf dan pemikir paling jenius pun tidak luput dari pemusnahan-dibakar menjadi abu.


Kaisar terakhir Romawi, Romulus Augustus, melepaskan mahkotanya di depan Odoacer


Keruntuhan Imperium Abbasyiah

Kerajaan Abbasyiah berdiri mulai dari tahun 750 M hingga 1258 M. Agama resmi negaranya adalah Islam dan Rajanya bergelar Khalifah. Ibukotanya terletak di Bagdad, Irak pada saat sekarang. Sobat mungkin pernah mendengar kisah 1001 malam, Aladin dengan lampu ajaibnya, atau petualangan Sinbad, cerita ini banyak yang bilang berasal dari imperium ini.
Wilayah kekuasaan Abbasyiah sangatlah luas, rakyatnya berjuta-juta, dan Istananya pun banyak dan indah. Jika berada di dalam Istana, maka akan terasa tenang dan sejuk. Terdapat hiburan musik, tukang cerita, wanita-wanita cantik, makanan enak, minuman segar, karpet-karpet persia yang lembut dan tebal, bantal-bantal besar dan empuk, semuanya sangat enak untuk bersantai sejenak. Kalau menjadi khalifah di imperium ini, sepertinya tinggal dan hidup di Istana memang sangat menyenangkan.

Peradaban Islam dan Bangsa Arab adalah bangsa yang unggul. Para pemimpinnya adalah pemimpin yang unggul. “Paling unggul jika dibandingkan dengan pemimpin bangsa yang lainnya”. Dan keunggulan itu kan harus ditunjukkan kepada dunia. Itu bisa dilakukan dengan membangun istana-istana raksasa yang lebih megah dan lebih indah, bahkan lebih dari istana-istana Romawi. Ini pasti akan membuat para penguasa lain terkagum-kagum dan iri. Lagi pula kekayaan kekhalifahan yang berlimpah-limpah memungkinkan semua itu. Dengan kekayaannya yang hampir tak terbatas, khalifah mampu membangun istana-istana besar. Contohnya khalifah Al-Mutawakkil yang membangun tidak hanya satu atau dua istana besar, tapi belasan istana di Kota Samarra (120 Km Utara kota Bagdad). Al-Mutawakkil juga membangun mesjid terbesar di dunia pada saat itu di kota tersebut.

Salah Satu Peninggalan Abbasyiah: Mesjid Grand Samarra


Dengan kekayaan dan kekuasaan yang besar seperti itu, pasti juga mudah mendapatkan satu hal yang paling diinginkan semua laki-laki, yaitu wanita. Bukan sembarang wanita tentu saja, tetapi wanita-wanita tercantik dari seluruh negeri, yang menarik hati, cantik rupawan, halus tutur katanya, dan enak diajak berbincang-bincang. Mereka diberi tempat istimewa di istana bernama Harem. Wanita-wanita itu tentu tidak keberatan menjadi simpanan khalifah karena semua kebutuhan mereka terjamin dan terpenuhi di istana. Pada saat itu adalah hal yang biasa bagi khalifah untuk memiliki harem yang berisi puluhan bahkan ratusan wanita. Karena jumlahnya sangat banyak, para wanita tersebut saling berupaya merebut perhatian Sang Khalifah. Walau di sana disediakan pakaian yang indah-indah, banyak dari wanita-wanita cantik ini yang merasa tidak perlu memakai pakaian sama sekai kalau sedang berada di dalam harem.
Kehidupan seksual pun makin lama makin bebas. Bahkan beberapa budak lelaki Turki, ghilman, yang masih muda, berwajah tampan, dan berkulit putih tidak jarang diberi pakaian-pakaian yang indah dan wangi-wangian yang seperti wanita. Mereka dipelihara banyak pejabat yang digunakan untuk hubungan-hubungan cinta yang tidak normal.

Para khalifah dan para penguasa yang sangat kaya raya makin suka hidup berlebih-lebihan. Sering kali mereka berlebihan dalam berbuat baik pada rakyatnya, membagi-bagikan banyak uang pada saat perayaan agama atau ulang tahun Sang Khalifah atau berlebih-lebihan dalam membangun mesjid-mesjid dan istana-istana, seperti yang dilakukan khalifah Al-Mutawakkil.
Akan tetapi yang lebih sering berlebihan adalah dalam cara menikmati hidup. Orang-orang makin suka berpesta pora apalagi pada saat ada tamu kerajaan. Makanan-makanan lezat disajikan dalam jumlah yang tidak habis dimakan dalam waktu 3 hari. Semua orang bisa makan sampai perutnya buncit dan kelelahan. Para Khalifah juga hanya mau makan menggunakan pering, sendok, garpu yang dibuat dari emas dan dihiasi batu-batu intan permata. Sambil makan, mereka dihibur oleh wanita-wanita penari perut dengan busana yang minim dan menerawang. Mereka juga tidak minum air biasa. Mereka minum khamr. Sejenis minuman keras yang terlarang pada masa Nabi Muhammad, tetapi pada saat itu, sudah menjadi hal yang biasa.

Semua kenikmatan dunia ini, benar-benar kenikmatan yang nyaris tidak terbatas. Siapa yang tidak ingin? Akan tetapi, masalah segera timbul. Semakin dahsyat kenikmatannya semakin besar juga keinginan banyak orang untuk terus menikmati dan mempertahankan kenikmatan tersebut, kalau perlu dengan cara yang licik bahkan dengan membunuh. Keinginan yang terus menumpuk dalam jiwa akhirnya berubah menjadi sesuatu yang berbahaya, yaitu nafsu. Kehidupan ekonomi terus berjalan, ilmu pengetahuan terus berkembang, namun urusan yang bikin kepala pusing seperti urusan rakyat, tak lagi terpikirkan oleh para khalifah dan penguasa.
Akhirnya lama kelamaan, baik para pemimpin, para penguasa, hingga rakyat yang telah terbuai dengan kemewahan dan kejayaan tidak lagi memikirkan peperangan. Mereka lebih memilih untuk menikmati hidup dengan tuntunan nafsu mereka sendiri. Akhirnya lama-lama negara ini menjadi korup dan terjadi pembusukan disetiap lini. Tentara pun merasa sudah makmur, tidak memiliki semangat perang, dan ingin bersenang-senang. Hasilnya, pada tahun 1258 M, Khalifah terakhir yang malang, Al-Musta’sim, harus bertekuk lutut terhadap penyerangan Bangsa Mongol. Bangsa Mongol pada saat itu dipimpin oleh Hulagu Khan. Pasukan Hulagu Khan ini berhasil mematahkan setiap pertahanan pasukan Khalifah, di tiap daerah imperium Abbasyiah. Mereka merengsek maju dan akhirnya mengalahkan pasukan terakhir yang menjaga Ibu Kota. Setelah mengalahkan pasukan penjaga ibu kota, Ratusan ribu tentara Mongol ini mulai membanjiri gerbang kota Bagdad. Dengan tubuh yang masih dipenuhi darah segar musuhnya, mereka melihat Bagdad dengan segala kesenangannya, kekayaannya, harta karunnya, emas, permata, dan wanita-wanitanya.

Langit serasa gelap hari itu. Bagdad seperti memasuki sebuah mimpi buruk yang paling gelap dan mengerikan. Laki-laki, perempuan, orang tua, dan anak-anak kecil diseret kejalan dan dibantai satu demi satu dengan pedang. Mayat-mayat memenuhi seluruh jalanan sampai sudut-sudut kota Bagdad. Darah dari tubuh-tubuh yang tersayat mengalir ke jalan-jalan kota seperti aliran air waktu hujan. Lebih dari satu juta orang dibantai hanya dalam waktu beberapa hari. Perpustakaan dan sekolah-sekolah semuanya juga tidak luput untuk dihancurkan. Jutaan buku ilmu pengetahuan terbaik di dunia yang susah payah dikumpulkan selama beratus tahun berdirinya Imperium Abbasyiah, dibakar atau paling tidak dihanyutkan kesungai Tigris. Akhirnya peradaban besar pun hilang tinggal kenangan.

Refleksi
Itulah sekelumit mengenai keruntuhan peradaban besar di jaman dulu. Peradaban ini lah yang dapat dikatakan mewakili peradaban Barat dan peradaban Timur di masa jayanya. Di sini terlihat kalau hancurnya mereka karena diri mereka sendiri. Logikanya mereka tidak akan hancur kalau kuat dari dalam dan tidak membusuk di berbagai lini. Bagaimana pun serangan dari bangsa lain, peradaban kuat tidak akan gampang untuk ditaklukkan. Sejarah ini pasti akan terus berputar seperti Roda Setan, terus akan terjadi dan berulang. Pada jaman sekarang kalau ane liat dinegara-negara yang mengaku diri mereka hebat, maju, dan berkuasa, ada kecendrungan bahwa mereka sudah memiliki ciri-ciri seperti peradaban besar jaman dulu, membusuk di berbagai bidang dan menunggu kehancuran. Bahkan yang parahnya, negara belum maju pun alias berkembang, juga ikut-ikutan menyontoh negara maju dan mengikuti arah pembusukan ini. Nafsu terus dijejali tanpa ada batasan, orang-orang lebih memilih untuk terus berkuasa, memupuk kekayaan dan menikmati kenikmatan duniawi. Anak-anak dan pemuda lebih senang menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak penting dari pada belajar, berpikir, dan mengoreksi diri. Para penguasa ingin tetap berkuasa dan menikmati hidup dengan berpesta pora dan main wanita. Hubungan sesama jenis dilegalkan dan dibilang sebagai bentuk dukungan terhadap HAM.

Sekarang muncul pertanyaan…Apakah Indonesia akan seperti peradaban-peradaban besar di atas? Semoga ane, yang baca postingan ini, seluruh bangsa Indonesia, dan umat di dunia, terhindar dari penyakit pembusukan peradaban besar.
Amiin…

Daftar Bacaan:
Laksono, Eko. (2010). Imperium III: Zaman Kebangkitan Besar. Jakarta: Hikmah.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi
http://id.wikibooks.org/wiki/Yunani_Kuno/Romawi_Kuno
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Abbasiyah
http://id.wikipedia.org/wiki/Khalifah

Sumber Gambar:
http://id.wikibooks.org/wiki/Berkas:Young_Folks%27_History_of_Rome_illus420.png
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Abbasids_Dynasty_750_-_1258_(AD).PNG&filetimestamp=20100702235654
http://www.house-arch.com/wp-content/uploads/2011/09/Samarra-Mosque-Iraq-2.jpg

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...