Silakan Copy dan sebarkan Content blog ini dengan syarat cantumkan sumber atau URL blog...thanx
Untuk masuk ke Blog, "KLIK" Salah Satu iklan di bawah ini 1X, lalu klik close 2X

Minggu, 15 April 2012

Penggunaan Komputer dalam Dunia Pendidikan dan Dampaknya Terhadap Peserta Didik


Iseng2 bongkar dokumen pas jaman ane awal2 kuliah, ane nemuin artikel ane pas jaman dulu kala. Ini Artikel ane tulis di tahun 2009, Udah lama sangatlah. Waktu itu ane lagi ikut lomba karya tulis ilmiah gitu di kampus, dan artikel ini lah yang ane ikutin buat lomba. Walaupun kaga menang, tapi kata panitia lomba, artikel ini masuk 10 besar lo... (klo ga salah, panitia lombanya bilang artikel ane ada di urutan 8, cuman ane ngerasa bwt ngehibur aja kali ye, tetap aja ane ga dapet hadiah..he..he). Nah...Sekedar share aja, berikut artikel nya...Cekibrot...

Pada era teknologi modern seperti sekarang ini, hampir semua kegiatan manusia menggunakan bantuan komputer. Ditemukannya formulasi-formulasi baru yang mampu meningkatkan kapasitas komputer, seolah-olah menggeser posisi kemampuan otak dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas kata, kemajuan manusia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang paling mutakhir, yaitu komputer, benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Dalam bidang pendidikan, komputer dengan kemampuan mutakhirnya juga tidak luput dimanfaatkan oleh berbagai komponen pendidikan, mulai dari peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, pemerhati pendidikan, dan berbagai pihak yang merasa dirinya memiliki keterkaitan dengan pendidikan. Tulisan ini tidak akan membahas tentang pengelola pendidikan, pemerhati pendidikan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pendidikan tapi lebih dikerucutkan lagi pada penggunaan komputer dalam aktivitas pembelajaran di dalam atau di luar kelas dengan aspek utamanya pendidik dan peserta didik.

Sebagian dari kita, tentunya sering menggunakan komputer baik sebagai pendidik maupun sebagai peserta didik, tapi pernahkah terbesit dalam pemikiran kita komputer tersebut benar-benar layak digunakan untuk dunia pendidikan? Apakah penggunaan komputer sesuai atau compatible dengan teori-teori dan konsep belajar yang ada? Apa saja implikasi atau dampak pembelajaran dengan menggunakan komputer terhadap peserta didik? Pertanyaan-pertanyaan yang sangat menarik sekali untuk dijawab karena banyak dari kita yang merasa “bangga, modern dan puas” hanya karena telah memanfaatkan komputer dalam aktivitas pembelajaran namun tidak paham apakah komputer itu sendiri layak digunakan atau tidak serta apa makna dan implikasi penggunaan alat canggih tersebut bagi pendidikan.

Dalam pendidikan, dikenal istilah pembelajaran. Pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik dengan menggunakan asas pendidikan dan teori belajar tertentu. Jadi, antara pendidikan, pembelajaran, dan belajar tidak dapat dipisahkan karena telah memiliki suatu kesatuan yang kuat. Dalam belajar, dikenal istilah teori-teori belajar, seperti: teori disiplin mental, teori behaviorisme, teori kognitivisme, teori konstruktivisme, dan lain sebagainya. Teori-teori tersebut memiliki konsep dan pola pikir dari berbagai ahli yang berbeda-beda. Di sini kita akan mencoba melihat dari sudut pandang dua teori, yaitu behaviorisme dan konstruktivisme.
Dalam behaviorisme, dijelaskan bahwa kehidupan individu atau siswa yang belajar dipandang sebagai molekul-molekul atau unsur-unsur yang terpisah dan tidak saling berhubungan. Salah satu ciri dari teori ini yaitu: bersifat mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil dan menekankan pada peranan lingkungan. Agar ciri mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil ini dapat terwujud, maka materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik hendaknya diprogram secara ketat oleh pendidik, agar tersusun secara sistematis atau berurutan dari hal yang kecil atau unsur-unsur kepada hal besar secara komprehensif, untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagaimana kita ketahui, komputer memiliki sifat dan kegunaan yang mudah untuk diprogram, maka ciri yang bersifat unsur-unsur atau bagian-bagian kecil ini dapat diaplikasikan oleh pendidik dalam pembelajaran menggunakan media komputer. Pendidik dapat mempresentasikan bahan ajar slide per slide kepada peserta didik dengan bantuan fasilitas power point, atau pun bantuan software pihak ketiga seperti adobe flash dan lain sebagainya. Pada akhirnya, siswa memahami materi pelajaran satu demi satu dan materi yang disampaikan terkesan terpisah-pisah antara materi atau sub materi-sub materi yang satu dengan yang lainnya. Ciri selanjutnya dari teori belajar behaviorisme adalah menenekankan pada peranan lingkungan. Lingkungan, dalam artian pembelajaran di dalam kelas, dapat dimodifikasi dan dikondisikan dengan menggunakan teknologi dari komputer. Komputer mempunyai kemampuan mengombinasikan teks, suara, warna, gambar, gerak, dan video, serta memuat suatu kepintaran yang sanggup menyajikan proses interaktif dan mendukung penggunaan multimedia. Pada umumnya dalam bidang pendidikan, penggunaan teknologi berbasis komputer merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro prosesor, di mana informasi atau materi yang disampaikan disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan. Jika seorang pendidik dapat membalut materi yang disampaikannya dengan efek teks, suara, warna, gambar, gerak, dan video yang telah disediakan oleh komputer, maka pengalaman belajar yang didapat peserta didik dari lingkungan belajarnya akan makin bermakna. Satu hal lagi, peserta didik lebih menyukai gambar yang bewarna, bergerak dan diiringi dengan sound atau suara yang mengakibatkan pengalaman belajar yang mereka dapatkan semakin konkret, menyenangkan, dan tidak membosankan. Menurut kerucut pengalaman Edgar Dale, sesuai dengan perkembangan peserta didik sebagai anak, pengajaran hendaknya lebih mengutamakan sifat konkret, sehingga alat bantu mengajar pun hendaklah dirancang sekonkret mungkin (mendekati kenyataan atau kehidupan sehari-hari) yang pada akhirnya memudahkan peserta didik mengalami, memahami, mengerti, melakukan, dan menimbulkan motivasi yang kuat untuk belajar di dalam dirinya.


Kerucut Pengalaman Edgar Dale


Teori yang kedua adalah konstruktivisme. Konstruktivisme mengharapkan siswa aktif mengkonstruksi atau membangun pengetahuannya sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks atau rumit ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi yang dalam hal ini adalah bahan ajar, dapat menjadi milik mereka sendiri. Pendidik hanya berfungsi sebagai fasilitator sumber belajar tanpa melakukan intervensi telalu jauh terhadap aktivitas belajar siswa. Penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran dapat berupa pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan komputer, E-Learning, buku elektronik, penugasan mencari materi pelajaran yang telah ditentukan dengan menggunakan fasilitas internet dan lain sebagainya. Pada waktu tertentu, peserta didik dikumpulkan dan diadakan peninjauan secara komprehensif mengenai bahan ajar yang mereka cari, dapatkan dan pahami. Setelah itu, diadakanlah klarifikasi pendidik kepada peserta didik terhadap materi mana yang kurang dipahami oleh peserta didik. Di sini, seperti yang telah disinggung sebelumnya, pendidik hanya berfungsi sebagai fasilitator pada saat proses dan pengoreksi pada saat akhir pembelajaran dengan memanfaatkan komputer sebagai sumber bahan ajar dan aktivitas belajar bagi peserta didik.

Setelah membaca penjabaran di atas, maka kita dapat melihat bahwa komputer memang layak dan cocok digunakan dalam dunia pendidikan. Di samping teori-teori belajar dalam pembelajaran yang tidak hanya satu teori yang mendukung penggunaan komputer dalam pembelajaran, kita juga dapat mengambil hal-hal positif dari penggunaan komputer. Ada pun hal-hal positif tersebut yaitu: (1) pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan akan lebih terarah, karena bahan ajar dapat diprogram secara sistematis melalui media komputer; (2) pesereta didik dapat belajar secara step by step karena bahan ajar dapat dipresentasikan satu-satu dan terpisah-pisah, mulai dari yang kompleks menuju sederhana atau sebaliknya, melalui media pengajaran komputer; (3) penggunaan komputer, dengan teknologi mutakhirnya, dapat menjadikan pengalaman belajar peserta didik makin bermakna dan lebih konkret yang berujung pada tumbuhnya motivasi belajar pada diri peserta didik; (4) pendidik dapat mengoptimalkan tenaga dan waktunya karena tugas untuk menyampaikan materi telah diambil alih komputer sebagai alat bantu media pengajaran; (5) dengan fasilitas komputer yang dilengkapi kecanggihan internet, peserta didik dapat mengkonstruksi pengetahuannya tahap demi tahap, di mana pun dan kapan pun.
Kita boleh bergembira, berpikir bahwa apapun dapat terwujud dengan mudah, tanpa mengeluarkan banyak waktu dan tenaga dengan memanfaatkan komputer sebagai media pembelajaran, tapi adakah terlintas di benak kita implikasi negatif dari penggunaan komputer terhadap peserta didik? Kita harus sadar bahwa setiap tindakan pasti mendatangkan risiko. Benih yang kita tanam akan tumbuh menjadi tanaman yang menghasilkan buah, baik buah yang busuk atau pun yang bagus, begitu juga dengan pemanfaatan komputer dalam dunia pendidikan, ada sisi positif dan negatifnya. Dari segi interaksi antar manusia, jelas bahwa komputer telah meniadakan peran fungsi manusia sebagai pendidik dan menggantikannya dengan peran mesin pengajar. Kita harus ingat bahwa peserta didik adalah manusia yang membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan figur teladan bagi kehidupannya. Efek negatif lain dari penggunaan komputer adalah terjadinya individualisasi pada diri peserta didik. Pembelajaran menggunakan alat bantu komputer akan mengakibatkan peserta didik memiliki interaksi yang tinggi dengan mesin sehingga, tidak tertutup kemungkinan, peserta didik lupa akan kewajibannya sebagai seorang anak, sebagai seorang siswa, dan sebagai anggota masyarakat yang perlu bergaul dan berinteraksi dengan orang lain. Dampak negatif berikutnya yaitu peserta didik akan mendapatkan informasi tanpa batas bagi pengalaman belajarnya, apalagi dengan memanfaatkan fasilitas internet, dimana pengaruh globalisasi sangat kental dan deras menerpa siapa saja yang memanfaatkannya.

Berdasarkan uraian yang telah kita baca dalam tulisan ini, pemanfaatan komputer sebagai alat bantu media pembelajaran dapat dianalogikan seperti dua sisi mata uang. Salah satu sisinya menggambarkan keuntungan dan kemudahan apabila kita menggunakannya dengan sebaik mungkin dan satu sisinya lagi menggambarkan kehancuran dan kebobrokan apabila digunakan secara terus menerus dan tanpa batas. Sekarang tergantung kita yang menggunakan mesin serba bisa tersebut dalam pendidikan. Pastinya sebagai manusia kita memiliki kebijakan dan pilihan masing-masing, baik sebagai pendidik maupun sebagai peserta didik, karena sesuai pepatah lama yang mengatakan ”hidup itu penuh dengan pilihan”.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...