Setahu ane, cerita Romeo & Juliet ditulis oleh seorang Inggris bernama William ShakeSpeare. Ini cerita begitu menginspirasi dan sudah banyak dipentaskan oleh para seniman dan di apresiasi oleh para kritikus sastra. Romeo & Juliet adalah salah satu karya terbesar Shakespeare. Masih banyak maha karya lainnya. Setidaknya dia menulis 36 naskah, termasuk adikarya semacam Hamlet, Machbet, King Lear, Julius Caesar, Othello, de el el. Tapi tahukah sobat, dibalik ketenaran Shakespeare ternyata tersimpan misteri besar tentang jati diri dia yang sebenarnya. Sampai saat sekarang banyak perdebatan tentang siapakah sebenarnya William Shakespeare ini….Semuanya masih abu-abu…
Karena penasaran, ane mencoba menggali dari berbagai sumber informasi, menganalisa berbagai kemungkinan dan mempertimbangkan berbagai opsi, buka buku, tanya Mbah Google, sehingga lahirlah beberapa argumen tentang William Shakespeare. Nah…inilah hasil penemuan yang ane dapatkan:
1. William Shakespeare adalah William Shakespeare
Menurut versi resminya, yang berasal dari pandangan ortodoks, William Shakespeare lahir di Inggris, di sebuah daerah yang bernama Stratford-upon-Avon pada tahun 1564 dan wafat di sana pada 1616. Selama hidupnya , Shakespeare tidak dianggap sebagai penulis, bahkan dia juga tak pernah mengklaim diri sebagai penulis. Shakespeare baru dikenal sebagai penulis pada tahun 1623, tujuh tahun setelah kematiannya. Ketika edisi pertama naskah-naskah Shakespeare muncul, editor buku menyertakan sebuah tulisan pengantar, dimana disinggung secara terus menerus (walaupun tidak secara langsung) bahwa orang dari Stratford-upon-Avon lah yang menulis naskah-naskah yang ada dalam buku tersebut. Ayah Shakespeare adalah seorang yang dulu pernah kaya, namun jatuh miskin. William kecil hidup dan dibesarkan dalam kemiskinan, namun dia masih dapat menempuh pendidikan di Stratford Grammar School, di mana dia belajar bahasa Latin dan sastra klasik.
Ketika William berusia 18 tahun, dia menghamili seorang wanita muda bernama Anne Hathaway. Dia akhirnya menikahi wanita tersebut dan Anne melahirkan beberapa bulan kemudian. Dua setengah tahun kemudian, Anne melahirkan lagi anak kembar untuk William. Jadi sebelum berusia 21 tahun, William sudah harus menafkahi tiga orang anak dan satu orang istri.
Pada awal 1590-an, William berada di London dan bekerja sebagai salah seorang anggota pertunjukan keliling. William cukup sukses menjadi seorang aktor, namun dengan segera dan entah kenapa, dia beralih pada penulisan naskah dan puisi. Pada 1598, William telah dipuji sebagai penulis terbesar di Inggris. Shakespeare tinggal di London selama kurang lebih 20 tahun. Selama itu, dia telah menghasilkan 36 drama, 154 soneta, dan beberapa puisi yang lebih panjang. Dalam beberapa tahun dia menjadi kaya-raya dan pada tahun 1597, dia sanggup membeli rumah (“New Place”) di Stratford. Keluarganya tetap tinggal di Stratford dan dialah yang menyokong hidup keluarganya.
Anehnya, William tak pernah menerbitkan satu pun drama hebat yang dia tulis. Namun para penerbit licik yang menyadari nilai komersil naskah-naskah tersebut, menerbitkan nyaris separuh karyanya dalam bentuk edisi-edisi bajakan. Walau edisi-edisi bajakan tersebut sering kali salah cetak, Shakespeare sama sekali tidak mencegah.
Pada tahun 1612, saat berusia 48 tahun, Shakespeare mendadak pensiun dari kegiatan menulis, kembali ke Stratford, dan meneruskan kehidupan bersama istrinya. Dia wafat di sana pada April 1616 dan dimakamkan di pekarangan gereja. Batu nisan yang diduga merupakan makamnya tidak ditulisi namanya. Namun akhirnya, didirikanlah sebuah monumen di salah satu dinding di dekat sana. Tiga minggu sebelum wafat, William menulis surat wasiat dimana meninggalkan sebagian besar hartanya kepada putri tertuanya , Susanna.
Cerita di atas buat ane sungguh dramatis sekali, seperti di sinetron-sinetron. Pertama hidup susah, terus menghamili anak orang, menikah, punya anak, lalu pergi merantau ke Ibu Kota, kemudian sukses di Ibu Kota, menjadi ternama, punya harta berlimpah, akhirnya pensiun, lalu pulang kekampung halaman sampai ajal menjemput. Namun apakah cerita tersebut benar benar dapat mewakili kebenaran jati diri seorang William Shakespeare, Sang penulis legendaris?
Setelah dilakukan penelitian, pengamatan dan investigasi dari para pencari kebenaran yang skeptis dengan keaslian cerita di atas, maka ditemukanlah beberapa kejanggalan. Misalnya, tidak ada catatan resmi di mana Shakespeare dinyatakan pernah menjadi siswa di Stratford Grammar School. Kemudian tidak ada juga siswa atau guru di sana yang mengklaim pernah menjadi teman sekelas atau pengajar Shakespeare. Lalu tidak begitu jelas kebenaran apakah dia pernah memiliki karier gemilang selaku aktor.
Sekilas cerita resmi di atas, yang telah di Amini oleh berbagai kalangan selama ratusan tahun, terdengar masuk akal. Akan tetapi, setelah diteliti lagi lebih dalam, berbagai permasalahan pun bermunculan.
Masalah pertama, bahkan disebutkan sendiri oleh para penulis biografi ortodoks, bahwa informasi soal kehidupan Shakespeare sangatlah sedikit, bahkan jauh lebih sedikit dari yang diharapkan dari seorang tokoh ternama. Dalam usaha menjelaskan permasalahan ini, orang dapat saja berkata, “Shakespeare hidup nyaris 400 tahun lalu, wajar donk sebagian besar dokumen tentang dirinya atau yang ditulis sendiri olehnya hilang.” Kalau menurut ane, perkataan seperti itu terlalu meremehkan jaman di mana Shakespeare hidup. Shakespeare tidak hidup di sebuah negeri terbelakang, zaman batu, atau zaman barbar tapi di Inggris, di masa Ratu Elizabeth I berkuasa. Sebuah masa yang terdokumentasi dengan baik, di mana terdapat mesin cetak, di mana tulisan yang dicetak mudah ditemui, dan dimana terdapat banyak orang yang melek huruf. Tentu saja, banyak dokumen yang telah lenyap, namun beberapa juta dokumen asli dari masa itu masih terpelihara sampai sekarang. Hal Ini sangat berkebalikan dengan Isaac Newton, seorang jenius dari Inggris, yang lahir 26 Tahun setelah Shakespeare meninggal. Dokumen asli tentang Isaac Newton sendiri terdiri atas ribuan dokumen. Begitu juga dengan Galileo (yang dilahirkan di tahun yang hampir bersamaan dengan Shakespeare), Michelangelo (dilahirkan 89 tahun lebih awal) atau bahkan Boccaccio (lahir tahun 1313).
Permasalahan besar dan berdampak penting terhadap eksisnya Shakespeare, dengan keharusan adanya bukti dokumen, adalah fakta bahwa Shakespeare sendiri selama di London nyaris tidak dikenal orang. Shakespeare konon menghabiskan hampir 20 tahun di London, akan tetapi tidak ada satu pun catatan pada rentang 20 tahun itu, di mana ada yang melihat aktor atau penulis naskah ternama ini dengan mata kepala sendiri. Ketika orang misalnya melihat aktor ternama Nicolas Cage atau bertemu dengan penulis ternama JK Rowling, pasti ada orang yang menulis peristiwa tersebut sebagai sesuatu yang perlu dicatat. Tapi apakah masuk akal jika orang-orang yang ada di sekitar Shakespeare, selama 20 tahun masa keemasannya di London, menyaksikan Shakespeare di atas panggung, mendiskusikan syair bersamanya, atau berkorespondensi dengannya, orang-orang tersebut tak merasa pertemuan itu layak untuk didokumentasikan, walaupun hanya dalam bentuk catatan-catatan kecil?
Permasalahan ke dua, Bagaimana dengan naskah drama yang ditulis tangan oleh Shakespeare sendiri? Pastinya itu akan membuktikan bahwa dialah sang penulis legendaris. Sayangnya, tidak ada naskah drama yang ditulis denga tulisan tangannya, atau pun coret-coretan awal, fragmen-fragmen, atau pun karya-karya yang belum diterbitkan . Tidak ada catatan, tidak ada buku catatan, tidak ada memoranda, tidak ada diary. Tidak ditemukan surat pribadi yang ditulis oleh dirinya, bahkan juga surat-surat bisnis sekali pun (para penulis biografinya yang paling awal juga mengaku tidak pernah melihat dokumen yang ditulis dengan tulisan tangan Shakespeare). Melihat kenyataan seperti ini, tampaknya Shakespeare sama sekali bukan penulis, bisa jadi hampir tidak dapat menulis, atau pendapat yang lebih ekstrim, dia mungkin saja adalah seorang buta aksara.
Hal yang menarik dan terkait dengan pernyataan barusan adalah tentang keluarga Shakespeare. Kedua orang tua, istri dan anak-anak Shakespeare semuanya buta aksara. Secara logika, umumnya orang tua pasti tidak akan membiarkan anaknya lebih rendah dari pada dirinya. Orang tua pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya agar mereka bisa berhasil melebihi dirinya. Jika Shakespeare memang Shakespeare sang penulis legendaris, dialah satu-satunya penulis besar dalam sejarah yang membiarkan anak-anaknya buta aksara.
Permasalahan ke tiga adalah tentang surat wasiat Shakespeare. Dokumen aslinya dapat ditemukan dengan panjang tiga halaman. Disana ditulis daftar hartanya secara rinci, dengan banyak warisan ditetapkan secara spesifik. Anehnya, pada surat wasiat tersebut sama sekali tidak disebutkan masalah puisi, drama, naskah, karya yang sedang digarap, atau hak penerbitan apa pun. Disana juga tidak disebutkan soal buku-buku atau kertas kerjanya. Tidak ada petunjuk bahwa dia ingin naskah-naskahnya yang belum terbit untuk diterbitkan atau bahwa dia pernah menulis puisi atau drama dalam hidupnya.
Permasalahan ke empat, pada masa Shakespeare biasanya para penyair Inggris menyelenggarakan pemakaman-pemakaman megah dan mengarang eulogi-eulogi panjang nan indah jika salah satu rekan mereka wafat. Meninggalnya Shakespeare pada 1616 sama sekali tidak disebut penulis mana pun di Inggris. Disini terlihat bahwa tak ada kaitan antara para penyair pada masa tersebut dengan seseorang yang dianggap penulis dari Stratford ini.
Permasalahan kelima adalah sikap terhadap Shakespeare di Stratford-upon-Avon. Walaupun Shakespeare dianggap sebagai penulis terbesar di Inggris dan seorang aktor ternama, tidak seorang pun di kampung halamannya yang menyadari dirinya sebagai pesohor. Ini sungguh mengherankan karena dari kisah yang ada, awalnya Shakespeare ini miskin, lantas setelah merantau dia jadi kaya-raya. Perubahan ini pastinya membuat sanak dan kerabat terheran-heran dan ingin mengetahui apa yang dilakukannya pada saat merantau. Tapi kenyataannya, selama masa hidupnya, tidak satu pun sanak, kerabat, bahkan keluarganya sendiri, yang pernah merujuk Shakespeare sebagai aktor, penulis naskah, atau tokoh sastra dalam bentu apa pun.
Permasalahan ke enam, biasanya kebanyakan penulis drama dan fiksi menyertakan kejadian-kejadian dalam kehidupan mereka dalam tulisan-tulisan yang mereka ciptakan. Tapi drama-drama Shakespeare nyaris tidak punya insiden atau lingkup yang dapat dirunut pada pengalaman Shakespeare sendiri.
Permasalahan ke tujuh, harusnya William Shakespear ini orang terpelajar. Coba perhatikan kosa katanya yang begitu tinggi, keakrabannya dengan bahasa Latin dan Prancis, pengetahuan akuratnya soal istilah-istilah hukum dan pengetahuan luasnya tentang sastra klasik. Akan tetapi semua orang pasti sepakat bahwa Shakespeare tidak pernah kuliah, malah seperti yang sudah di paparkan sebelumnya, dia diragukan pernah mengikuti pendidikan dasar.
Permasalahan ke delapan, Shakespeare (yang benar-benar penulis) kelihatannya memiliki simpati pada kaum aristokrat / bangsawan dan juga berlatar belakang aristokrasi, sangat mengenal kegemaran aristokrasi (seperti berburu rubah dan burung elang), serta akrab dengan kehidupan istana dan intrik-intriknya. Sedangkan Shakespeare sendiri datang dari sebuah kota kecil dan memiliki latar belakang borjuis kecil, bahkan dia bukanlah seorang aristokrat yang tinggal di istana, dan tidak memiliki gaya hidup layaknya seorang bangsawan.
Satu-satunya penjelasan yang bisa diterima akal sehat adalah “William Shakespear” hanyalah nama pena yang digunakan si penulis dalam upaya untuk menyembunyikan identitas aslinya. Upaya itu sangat berhasil sampai-sampai orang disekitarnya atau pun yang berjumpa dengannya, tidak menyadari bahwa mereka sedang berjumpa dengan William Shakespeare yang terkenal itu. Bagi ane pribadi, argumentasi-argumentasi di atas sepertinya sudah cukup untuk membuktikan Shakespeare bukanlah penulis naskah dan “William Shakespeare” adalah nama pena untuk menyembunyikan identitas asli dari penulis kisah Romeo & Juliet tersebut.
2. William Shakespeare adalah Edward De Vere
Kenapa Edward De Vere diduga sebagai Shakespear?
Nah…Sobat nantinya akan diajak untuk menelusuri riwayat kehidupan Edward De Vere. Nanti sobat akan melihat banyak sekali kemiripan kisah hidup De Vere dengan kisah-kisah yang ada dalam karya Shakespeare. Kita pastinya sepakat seorang penulis puisi atau drama, sedikit banyaknya pasti menuangkan kisah hidupnya sendiri dalam karya-karya nya. Di samping itu, dari kisah hidupnya (seperti latar belakang, tingkat pendidikan akademis, dan orang di sekitarnya) memungkinkan dugaan bahwa dialah seorang Shakespeare. Nah…biar ga penasaran, silakan Sobat baca bacaan berikut ini, kisah hidup De Vere, Sang bangsawan Inggris…
Edward De Vere dilahirkan pada tahun 1550, seorang putra pewaris Earl of Oxford ke-16, seorang aristokrat kaya raya dan berpangkat tinggi. Sebagaimana kewajiban pewaris gelar, Edward muda menerima pelatihan keterampilan yang harus dikuasai seorang tuan muda (menunggang kuda, kemiliteran, berburu, seni, dansa, musik, de el el). Pendidikan akademiknya juga tak diabaikan. Dia sendiri memiliki guru privat, baik dalam Bahasa Prancis maupun Latin, dan juga mata pelajaran lainnya. Akhirnya, dia mendapatkan gelar sarjana muda dari Universitas Cambridge dan gelas master dari Oxford. Setelah itu, dia belajar hukum selama satu tahun di Gray’s Inn, salah satu Inns of Court terkenal di London.
Ayah Edward meninggal saat dirinya berusia 12 tahun dan ibunya kemudian menikah lagi. Edward tinggal dengan ibunya tapi itu tidak bertahan lama. Dia akhirnya menjadi bangsawan asuh dan dididik oleh seorang ayah angkat. Ayah angkat yang ditunjuk untuk Edward adalah William Cecil, seorang bendahara kerajaan Inggris dan bertahun-tahun menjadi dewan penasehat pribadi Ratu Elizabeth I. Sebagai seorang penasehat senior sang ratu, Cecil praktis menjadi orang yang paling berkuasa dan berpengaruh di Inggris. Akhirnya De Vere muda sesuai dengan hak kebangsawanannya, diperlakukan dengan baik sebagai salah satu anggota keluarga Cecil.
Pada akhir masa remajanya, De Vere diperkenalkan dengan Balairung. Di sini dia bertemu dengan tokoh terkemuka, termasuk ratu sendiri. Ratu sangat terkesan dengan pria muda ini. Selain cerdas, atletis, dan berkarisma, dia juga sangat tampan. Dia pun segera menjadi salah satu favorit ratu.
Ketika berusia 21 tahun, De Vere menikahi Anne Cecil, putri ayah angkatnya sendiri. Karena dibesarkan bersama, dan Anne nyaris seperti adik kecil bagi De Vere, pernikahan mereka agak diluar kebiasaan. (Hal ini mirip dengan karya Shakespeare, kisah Posthumus Leonatus, pahlawan dalam drama Cymbeline, juga seorang bangsawan angkat yang menikahi putri ayah angkatnya sendiri.)
Ketika berusia 24 tahun, De Vere berangkat untuk berpetualang menjelajahi Eropa. Dia mengunjungi Prancis dan Jerman, menghabiskan waktu sekitar 10 bulan di Italia, lalu kembali ke Inggris melalui Prancis. Pada perjalanan menyebrangi selat Inggris, kapal De Vere diserang bajak laut yang berencana menyandera para penumpang untuk mendapatkan tebusan. De Vere memberi tahu bajak laut soal kedekatan pribadinya dengan Ratu Elizabeth. Akhirnya para pembajak merasa akan lebih baik jika dia dilepaskan tanpa meminta uang tebusan, dari pada meminta uang tebusan tapi dengan resiko yang sangat besar. (Insiden ini juga menimpa pahlawan dalam drama Hamlet)
Sementara itu, Anne istrinya melahirkan seorang putri. Anak tersebut lahir delapan bulan setelah De Vere meninggalkan Inggris. De Vere bersikeras itu bukan anaknya. Menuduh istrinya selingkuh dan dia pun menolak tinggal bersama istrinya. Namun setelah 5 tahun berpisah, dia sadar, mencabut tuduhan terhadap istinya dan kembali tinggal bersama istrinya tersebut. (Tuduhan keliru tentang perselingkuhan istri merupakan tema yang sering muncul dalam drama Shakespeare. Misalnya: All’s Well That Ends Well, Cymbeline, The Winter’s Tale dan Othello. Dan dalam tiap kasus, sang istri yang berduka karena dituduh dengan tidak adil akhirnya memaafkan sang suami).
Selama 5 tahun berpisah dari istrinya, De Vere berselingkuh dengan seorang putri istana, yang berakhir dengan kehamilan. Ratu Elizabeth murka mendengar hal ini dan memerintahkan penangkapan De Vere dan mengirimnya ke Menara London. Dia dilepaskan setelah beberapa bulan, namun seorang teman putri itu, yang mendendam karena tindakan De Vere, menyerangnya sampai dia terluka parah. Perkelahian jalanan antara anggota dari keluarga yang berbeda ini berlangsung beberapa lama sampai Ratu sendiri turun tangan dan mengancam akan memasukkan mereka semua ke penjara jika tak mau berhenti (Kisah ini mengingatkan kita pada Romeo and Juliet).
Setelah De Vere tinggal kembali dengan istrinya, mereka akhirnya memiliki 5 anak. Lalu tanpa disangka, Anne yang baru berusia 32 tahun, meninggal mendadak . Empat tahun kemudian, De Vere akhirnya menikah lagi dan istri keduanya ini hidup lebih lama dari pada De Vere sendiri.
Pada 1586, ketika De Vere berusia 36 tahun, Ratu Elizabeth menganugerahi pensiun seumur hidup dengan jumlah yang fantastis, jika diibaratkan pada saat sekarang sama dengan $100.000 per tahun, dan ini tanpa dipotong pajak. Entah apa yang ada di pikiran Ratu dan entah apa yang terjadi, karena Ratu Elizabeth biasanya terkenal bertangan besi dalam hal uang. Yang makin mengherankan, hibah uang pensiun ini diberikan tanpa mengharuskan De Vere melakukan apa pun sebagai imbalannya, atau pun jasa-jasanya dimasa lalu yang layak dianugerahi hibah seperti ini. Santunan ini diberikan secara berkelanjutan dan teratur hingga ratu wafat, dan penggantinya (Raja James I) meneruskan pembayaran santunan ini walaupun ratu telah wafat.
De Vere selalu meminati puisi dan teater, berteman dengan banyak tokoh sastra dan terkenal telah menulis puisi dan drama dengan namanya sendiri pada saat usianya masih muda. Akan tetapi, dia tidak pernah menerbitkan apa pun karena paham pada saat itu tabu apabila seorang bangsawan menerbitkan puisi ciptaannya. (Pandangan semacam ini sangat umum berlaku pada saat itu dan hal yang tabu ini jarang sekali dilanggar).
Setelah turunnya santunan dari Ratu Elizabeth, De Vere tidak pernah lagi menulis dengan namanya sendiri. Namun dalam beberapa tahun, mulai muncullah puisi dan naskah drama atas nama seorang penulis yang tak ternama pada saat itu “William Shakespeare”
Akhirnya muncul pertanyaan, mengapa Ratu Elizabeth menganugerahkan santunan yang luar biasa kepada De Vere? Walaupun tak ada alasan yang resmi, penjelasan dan dugaan yang cukup masuk akal adalah Ratu, sebagaimana banyak monarki sebelum dia, menjadi patron /penyokong dari seorang artis berbakat dengan harapan pencapaian seni itu akan mengharumkan masa di mana dia berkuasa. Jika ternyata itu alasannya, maka jelas ratu mendapatkan imbalan yang sesuai. Bahkan, tak ada penguasa sebelum dan sesudah dirinya yang membuat pilihan setepat ini.
Setelah dianugerahi pensiun oleh Ratu, De Vere yang tadinya sangat aktif berkeliaran di Balairung memilih untuk mengundurkan diri dari kehidupan istana. Dari sini kita dapat berasumsi, bisa saja De Vere menghabiskan 18 tahun terakhir hidupnya untuk menulis dan memperbaiki naskah drama dan puisi dahsyat yang membuat “William Shakespeare” ternama. De Vere wafat pada tahun 1604, dimasa adanya serangan wabah penyakit dan dimakamkan dekat kampung halamannya di Hackney, dekat desa Stratford (Perlu dicatat bahwa terdapat dua kota di Inggris yang bernama Stratford, dan pada masa itu, kota ini lebih besar daripada Stratford-Upon-Avon).
Entah itu kebetulan atau tidak, ane merasa Edward De Vere ini sangat cocok untuk ciri-ciri William Shakespeare yang misterius ini.
Pertama, dia punya latarbelakang pendidikan yang sangat baik, mempelajari hukum, dan sangat mampu berbahasa asing (selain Bahasa Inggris, De Vere menguasai Bahasa Prancis dan Latin).
Kedua, dia seorang bangsawan dan memiliki pengetahuan sebagai orang dalam istana beserta intrik-intriknya.
Ketiga, dia memiliki banyak waktu luang yang diperlukan untuk mengarang naskah-naskahnya.
Keempat, dia berminat pada teater sejak kecil. Dikenal menulis puisi dan drama atas namanya sendiri semasa muda. Bahkan, dia disebut-sebut sebagai salah seorang bangsawan yang menulis puisi, tapi karena tabu pada saat itu, karya-karya atas namanya tidak dipublikasikan.
Kelima, drama-drama William Shakespeare mengandung sejumlah besar peristiwa dan karakter yang dapat dikaitkan dengan peristiwa, dan situasi-situasi dalam kehidupan Edward De Vere.
Keenam, entah kebetulan atau tidak, dan entah ini bisa dijadikan petunjuk atau tidak, adanya kemiripan nama orang dan tempat antara Edward De Vere dengan William Shakespeare. Nama Istri De Vere “Anne Cecil” dan nama istri Shakespeare “Anne Hathaway”. De Vere dimakamkan di dekat kampung halamannya di Hackney, dekat desa Stratford, sedangkan William Shakespeare dimakamkan di Stratford-upon-Avon.
Penjelasan barusan adalah hal-hal yang menguatkan De Vere sebagai Willian Shakespeare, namun muncullah sebuah pertannyaan yang dapat memberatkan De Vere sebagai William Shakespeare, Mengapa De Vere menyembunyikan identitas kalau memang dia adalah William Shakespeare, Sang sastrawan legendaris? Toh Kalau dia tidak menyembunyikan pastinya dia akan makin terkenal dan makin dihormati. Ada beberapa kemungkinan penjelasan yang masuk akal, yaitu:
1. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Ada tabu keras di masa itu yang melarang penulisan puisi oleh para bangsawan, atau naskah drama untuk teater komersial.
2. De Vere adalah orang dalam istana. Karena kebanyakan naskahnya terkait dengan kehidupan istana, jika dia mengaku sebagai penulisnya, maka banyak orang pasti akan beranggapan bahwa berbagai tokoh dalam drama tersebut dimaksudkan sebagai parodi-parodi untuk mengejek orang-orang yang benar-benar nyata di istana tersebut. Dengan standar pada masa itu, ini setidaknya akan menjadi alasan untuk menggugat De Vere ke pengadilan. Dengan menyembunyikan identitasnya, De Vere berusaha untuk menghindari hal-hal demikian.
3. Banyak Soneta William Shakespeare ditujukan kepada seorang wanita yang dicintainya. Jika misalkan De Vere mengaku sebagai penulisnya, hal ini akan membuat malu istrinya.
4. Yang lebih parah, banyak soneta-soneta lainnya yang ditujukan kepada seorang pria, dan diartikan sebagai petunjuk bahwa penulisnya merupakan seorang homoseksual atau biseksual. Entah interpretasi ini tepat atau tidak, pengakuan De Vere yang menulis soneta-soneta tersebut pasti akan menimbulkan gosip tak sedap yang akan memnuat malu keluarganya.
5. Bisa saja sebagai syarat pensiun yang dianugerahkan kepadanya, Ratu Elizabeth bersikeras kalau dia harus tutup mulut, tidak boleh menerbitkan apa pun atas namanya sendiri, dan tidak boleh melanggar norma-norma yang berlaku pada saat itu.
Sebenarnya, Kalau memang De Vere adalah William Shakespeare yang asli, kita tidak bisa memastikan 100% apa alasan De Vere menyembunyikan identitasnya sebagai seorang penulis dan sastrawan. Namun kalau menurut ane, De Vere adalah orang yang paling mendekati ciri-cirinya sebagai William Shakespeare, Sang sastrawan legendaris.
Namun beberapa ahli malah menolak teori De Vere sebagai Shakespeare. Sebagian beralasan bahwa De Vere telah meninggal dunia bertahun-tahun (lebih kurang 19 tahun) sebelum karya-karya dalam ‘First Folio’ (berisi 36 naskah drama) Shakespeare dipublikasikan. Sedangkan Shakespeare yang dikenal selama ini meninggal dunia tujuh tahun sebelum karyanya dipublikasikan. Sepertinya memang agak lebih mudah menerima yang meninggal 7 tahun daripada yang meninggal 19 tahun sebelum karyanya diterbitkan.
Bagaimana Sobat, masih penasaran???
Kalau menurut ane simpan dulu rasa penasarannya karena masih ada beberapa orang lagi yang pernah dicurigai sebagai William Shakespeare. Tapi ane akan menyajikannya secara ringkas aja, karena menurut ane ciri-ciri orang tersebut sebagai William Shakespare tidaklah sekuat Edward De Vere. Berikut orang-orang yang dicurigai:
3. William Shakespeare adalah Sir Francis Bacon
Sebelum De vere, tokoh yang disebut sebagai penulis asli karya Shakespeare ialah Sir Francis Bacon yang juga merupakan seorang bangsawan dan filsuf pada masa itu. Pendidikan yang cukup membuatnya sanggup untuk menulis puisi dan drama dengan karakter yang begitu kompleks, hal ini membuat banyak dugaan mengarah kepadanya, bahwa ialah sosok yang ada dibalik kesuksesan Shakespeare.
4. William Shakespeare adalah Christopher Marlowe
Tokoh ini memiliki kisah hidup yang hampir sama dengan Shakespeare, yaitu hidup dengan keterbatasan financial, namun Marlowe sempat mengenyam pendidikan yang cukup tinggi. Sayang, Marlowe tewas terbunuh, dan dua minggu setelah kematiannya pamor Shakespeare sebagai penulis naskah drama pun meroket tajam. Hal ini membuat para anti stratfordian menduga bahwa ialah tokoh penulis asli karya Shakespeare.
5. William Shakespeare adalah Mary Sidney Herbert
Sebagai seorang bangsawan wanita, ia memiliki pendidikan yang tinggi dan dianggap mampu menulis karya yang diakui sebagai karya Shakespeare. Walaupun ketika ‘First Folio’ dipublikasikan Mary telah wafat, namun Shakespeare mendedikasikan karya tersebut kepada kedua anak Mary, ini membuat spekulasi berkembang bahwa mungkin saja memang benar Mary adalah penulisnya.
6. William Shakespeare adalah William Stanley
Ia merupakan seorang bangsawan yang gemar bertualang, memiliki ketertarikan pada drama dan komedi serta memiliki beberapa usaha teater. Muncul dugaan bahwa Stanley lah sebenarnya orang yang menulis karya-karya Shakespeare. Tetapi menurut pihak lainnya, Stanley tak lebih dari rekan kerja Shakespeare.
7. William Shakespeare adalah Fulke Greville
Sebagai seorang bangsawan, Greville pun sering disebut-sebut sebagai Shakespeare yang sebenarnya. Ia pernah bekerja bersama Sir Francis Bacon dan Sir William Dyer, keduanya merupakan tokoh yang disebut-sebut sebagai otak dibalik tulisan Shakespeare. Meskipun begitu Gruville tak pernah benar-benar memiliki bukti yang mengarah padanya sebagai penulis asli karya Shakespeare.
Sumber Bacaan:
Hart, Michel H. (2009). 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Sejarah. Alih bahasa oleh Ken Ndaru, M. Nurul Islam. Bandung: Hikmah.
http://id.wikipedia.org/wiki/William_Shakespeare
http://en.wikipedia.org/wiki/Edward_de_Vere,_17th_Earl_of_Oxford
http://tonyhamidi.multiply.com/journal/item/19/Siapa_penulis_asli_Shakespeare?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://www.memobee.com/index.php?do=c.every_body_is_journalist&idej=889
Sumber gambar:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/5b/Shakespeare-Testament.jpg
http://noemizeta.files.wordpress.com/2010/01/shakespeare.jpg
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/99/Hamlet_quarto_3rd.jpg
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/85/Edward_de_Vere.JPG
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/af/Darnley_stage_3.jpg
http://www.sciencephoto.com/image/223863/530wm/H4020655-Francis_Bacon,_English_philosopher-SPL.jpg
http://img.wikinut.com/img/9oe-96q8fjj_fvr0/jpeg/0/Christopher-Marlowe.jpeg
http://www.noendpress.com/adarrah/images/marysidney.jpg
http://www.toptenz.net/wp-content/uploads/2011/09/william-stanley.jpg
http://ayearofshakespeare.files.wordpress.com/2010/02/fulke-greville.jpg
http://hankwhittemore.files.wordpress.com/2012/01/rightside-up-french-letter.jpeg