Silakan Copy dan sebarkan Content blog ini dengan syarat cantumkan sumber atau URL blog...thanx
Untuk masuk ke Blog, "KLIK" Salah Satu iklan di bawah ini 1X, lalu klik close 2X

Sabtu, 17 Maret 2012

Perpecahan dalam Kekristenan (Trinitas VS Unitarian)


Iseng-iseng baca buku sejarah, ane menemukan beberapa bacaan tentang sejarah awal agama Kristen. Dari yang ane tangkap, sejarah awal agama Kristen, mulai dari awalnya Yesus (yang dikenal juga sebagai Nabi Isa dalam Islam) hingga sekarang memiliki perkembangan tersendiri, perjalanan yang panjang dan kompleks. Karena menurut ane fakta tentang sejarah agama Kristen itu menarik, maka ane merasa perlu sedikit menguraikan apa yang ane baca (soalnya makin sering baca, makin banyak yang numpuk di otak & kayaknya harus di keluarin…he..he). Nah… berikut sedikit ulasannya…Cekibrot..

Dalam hidupnya , Yesus tidak pernah mengklaim diri sebagai Tuhan, apalagi meminta umatnya menyembah dirinya. Bahkan dalam Injil, ketika Yesus disalib, dia meminta pertolongan kepada Tuhan, “Eli! Eli! Lama sabakhtani! (“Tuhan! Tuhan! Kemanakah Engkau!”).

Kehadiran Yesus yang ingin meneruskan dan menegakkan Taurat Musa, dihalang-halangi oleh para imam Yahudi yang tergabung dalam kelompok Sanhendrin yang telah mereguk kenikmatan kekuasaan bersama dengan para penguasa Roma yang korup dan bergelimang dalam pesta-pesta birahi. Ajaran Yesus pada saat itu memandang manusia sederajat & egalitarian dan ini menyebabkan mereka menganggap Yesus sebagai ancaman besar dan sebab itulah Yesus mereka fitnah, mereka buru, dan akhirnya mereka bunuh.

Sepeninggal Yesus, ajaran Taurat Musa yang hendak dihidupkan malah digelapkan dan bahkan dibuat berbagai penafsiran menurut ini dan itu. Sehingga di abad pertama saja telah ada ratusan versi Injil yang masing-masing memiliki pengikutnya. Dari ratusan Injil tersebut, bisa dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan satunya lagi menganggap Yesus hanyalah seorang nabi utusan Tuhan dan bukan Tuhan itu sendiri. Kelompok pertama yang menganggap Yesus sebagai Tuhan disebut kelompok Trinitas. Sedangkan kelompok kedua yang memegang erat ajaran bahwa Yesus hanyalah sebagai seorang nabi dan bukan Tuhan disebut kelompok Unitarian. Inilah dua kelompok besar yang saling berhadap-hadapan dalam sejarah awal gereja.

Yesus sesungguhnya hanya diutus kepada kaum Yahudi (Bani Israil) dan tidak membawa ajaran baru. Yesus ditugaskan untuk meluruskan penyimpangan yang dilakukan Kaum Yahudi agar kembali kepada ajaran yang benar seperti yang telah tercantum dalam Taurat Musa. Sebab itulah, sepeninggal Yesus dan para sahabat, tidak ada kelompok penganut kristen dalam jumlah besar.Yesus dan para sahabatnya memang tidak membawa ajaran baru, selain hanya menegakkan hukum Taurat perjanjian lama. Kekristenan pada saat itu, tidak dianggap sebagai agama yang berdiri sendiri dan hanya dimasukkan ke dalam salah satu sekte Yudaisme Yahudi.

Hal yang baru dan tidak diajarkan Yesus dalam Kekristenan, dimulai ketika seorang yang bernama Paulus mulai menyebarkan ajaran Yesus kekalangan non-Yahudi. Sebelum Paulus hadir, para pengikut Yesus mengikuti segala ritual Yudaisme seperti khitan, mensucikan hari Sabtu (Sabbath) sebagai hari khusus untuk beribadah, dan sebagainya. Namun Paulus mengubah semuanya dan dalam Konsili Yerusalem tahun 49 M, Paulus berhasil membuang ritual-ritual Yudaisme tersebut.

Lantas Siapakah sebenarnya Paulus ini? Dalam Tulisannya, 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Sejarah, Hart (2009: 34-37) menggambarkan Paulus secara singkat, dan berikut riwayat singkat Paulus berdasarkan tulisan Hart:
Santo Paulus hidup sezaman dengan Yesus walau berusia lebih muda, dan menjadi orang yang terdepan dalam penyebaran agama Kristiani. Paulus juga dikenal sebagai Saulus, dilahirkan di Tarsus, sebuah kota di Cilicia (Turki pada saat ini). Walaupun seorang warga negara Romawi, dia memiliki darah keturunan Yahudi. Pada masa mudanya, dia mempelajari bahasa Ibrani dan mendapatkan pendidikan Yahudi yang ketat. Sebagai seorang pemuda, dia pergi ke Yerusalem untuk belajar di bawah bimbingan Rabi Gamaliel, seorang tokoh pengajar Yahudi. Walau Paulus berada di Yerusalem pada saat yang bersamaan denga Yesus, keduanya diragukan pernah bertemu. Setelah Yesus wafat, para pengikut Yesus awalnya dianggap melakukan bid’ah dan menderita penganiayaan. Untuk beberapa waktu, Paulus ikut berpartisipasi dalam penganiayaan ini. Tapi, dalam perjalanan ke Damaskus, dia mendapatkan visi di mana Yesus berbicara kepadanya, dan dia beralih memeluk agama Kristen. Paulus menghabiskan sisa hidupnya untuk berpikir dan menulis soal kekristenan. Selama aktivitas sebagai misionaris, dia berkelana ke Asia kecil, Yunani, Suriah, dan Palestina. Sebenarnya, cara dia menyebarkan agama Nasrani sering memicu pertikaian besar dan hidupnya kadang jadi terancam dalam beberapa kesempatan. Dalam dakwahnya kepada orang-orang non-Yahudi, Paus sangat berhasil jika dibandingkan dengan berdakwah kepada kalangan Yahudi sendiri. Begitu berhasilnya dia berdakwah kepada kaum non-Yahudi sampai-sampai dia disebut “Rasul Kaum Kafir”. Setelah perjalanan panjang sebagai misionaris di timur kekaisaran Romawi, Paulus akhirnya kembali ke Yerusalem. Dia di tangkap di sana dan akhirnya dikirim ke Roma untuk diadili. Tidak pernah diketahui bagaimana hasil pengadilan tersebut, namun pada akhirnya (kemungkinan sekitar tahun 64 M), dia dihukum mati di dekat Roma. Dalam tulisannya, Hart juga menambahkan bahwa pengaruh Paulus pada teologi Nasrani tidak terhingga. Ini disebakan karena pemikiran-pemiran Paulus banyak dianut sampai sekarang. Pemikiran Paulus tersebut mencakup: (1) Yesus bukan sekedar nabi yang terilhami, melainkan juga bersifat Illahi (ke-Tuhanan); (2) Kristus wafat demi dosa kita, dan deritanya bisa menebus dosa kita; (3) Manusia tidak bisa memperoleh keselamatan dengan hanya mengikuti perintah kitab suci, tapi hanya bisa selamat dengan menerima Kristus, dengan seseorang menerima Kristus, maka dosa-dosanya akan diampuni.

Paulus

Upaya yang dilakukan Paulus mendapat tantangan dari banyak pengikut Yesus. Mereka menyatakan Paulus telah melakukan heresy (penyesatan). Saat itu kelompok Paulus merupakan minoritas dan berjalan hingga tahun 70 M. Kelompok penjaga kemurnian ajaran Yesus dipimpin oleh Jacques yang dipercayai masih memiliki hubungan darah dengan keluarga Yesus. Dia didampingi oleh Petrus dan Yohanes (yang dikenal juga sebagai nabi Yahya dalam Islam). Kerabat Yesus memegang peranan penting dalam menjaga kemurnian Taurat Musa.
Namun sejak pemberontakan Yahudi terhadap Romawi dan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70 M, keadaan menjadi berbalik. Ajaran Paulus yang didukung para pendeta dan imam Yahudi makin populer. Ajaran ini makin lama makin jauh dari keasliannya dan berkembang menjadi sebuah agama yang sama sekali baru. Perseteruan pun kian tajam dan umat Yesus terbelah dalam ratusan sekte-sekte kecil dengan Injilnya masing-masing.

Dr. Muhammad Ataur Rahim dalam bukunya “Jesus a Prophet in Islam” (London, 1979) mengungkap tentang adanya keberadaan kaum Arian. Kaum Arian merupakan kelompok yang menolak Ketuhanan Yesus dan kaum ini dipimpin oleh Arius (270-350 M), seorang Prebyster (Imam Kecil) di Iskandariyah.
Arius

Menurut Arius, Yesus Kristus itu makhluk, sedangkan sifat-sifat ketuhanan yang ada pada dirinya bukan sifat yang hakiki, melainkan anugerah dari Tuhan. Arius mendapat dukungan dari Mesir, Palestina, Nocimedia, Maradonia, Assiut, dan bahkan Patriarch Konstantinopel. Lawan Arius paling keras adalah Athanasius, Uskup Iskandariyah.

Athanasius

Kontroversi ini membuat Kaisar Konstantin mengumpulkan para Patriarch dan uskup di seluruh negeri sebanyak 2.018 orang dan bersidang di Nicaea (325 M). Ini adalah konsili Oikumenis pertama dalam sejarah kekristenan, untuk membicarakan Yesus itu Tuhan atau bukan. Dalam konsili, 1.700 uskup sepaham dengan Arius dan sisanya sejalan dengan Athanasius. Namun Konstantin enggan mengambil keputusan karena dirinya merupakan pendukung Trinitas. Konsili pun dibubarkan. Namun setelah itu, Konstantin mengumpulkan para uskup pro- Athanasius. Lewat pemungutan suara rekayasa, Konstantin akhirnya memenangkan ajaran Athanasius dan dijadikan ajaran resmi di Roma. Namun konsili Nicaea belum sepenuhnya merumuskan konsep trinitas. Baru pada konsili Konstantinopel (381 M), dan Konsili Chalcedon (451 M), Roh Kudus ditetapkan sebagai Tuhan. Maka lengkaplah Trinitas.


Konsili Nicea

Konstantin sebenarnya berkeinginan menyatukan ajaran Kabbalah Paganisme Roma yang bersumber pada penyembahan Dewa Matahari ke dalam kekristenan. Hal ini dilakukan untuk menghormati kelahiran Dewa matahari, dimana hari kelahiran Dewa matahari sudah begitu merakyat dan sulit dihapuskan. Oleh karena itu, perayaan kelahiran Dewa matahari ini tetap dilakukan tetapi dialihkan pada perayaan kelahiran Yesus Kristus, sang matahari sejati. Upayanya mendapat dukungan dari para imam Yahudi yang memang telah lama memusuhi Taurat Musa. Oleh sebab itu, sedikit banyaknya kekristenan pada saat sekarang diwarnai dengan Paganisme Roma yang bersumber pada penyembahan Dewa Matahari.
Nasib Arius sendiri, akhirnya ia dibuang ke sebuah pulau. Sedangkan Athanasius dan Konstantin sendiri, di akhir hayatnya mengakui dogma Unitarian dan menyatakan Trinitas sebagai paham yang tidak berdasar.

Sumber Bacaan:
Hart, Michel H. (2009). 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Sejarah. Alih bahasa oleh Ken Ndaru, M. Nurul Islam. Bandung: Hikmah.

Tn. Nicea 325: Ketika Yesus Disahkan Jadi Tuhan. Eramuslim diggest: Islamic Thematic Handbook, edisi 6, 86-89.

http://en.wikipedia.org/wiki/Athanasius_of_Alexandria

http://en.wikipedia.org/wiki/Arianism

http://www.sarapanpagi.org/tanggapan-tuduhan-mitologi-tentang-yesus-kristus-vt750.html

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...