Evaluasi kurikulum mengandung kesimpulan dari kumpulan respon. Guru tertarik pada evaluasi sebagai jalan untuk memahami kesalahan beban tes pada siswa serta mendiagnosis dan memotivasi siswa. Bidang evaluasi penuh dengan pandangan-pandangan yang berbeda mengenai tujuan dan bagaimana untuk mengaplikasikan tujuan tersebut. Golongan humanistis berpendapat bahwa bentuk suatu yang terukur tidak cukup hanya dengan menetapkan kualitas kesempatan untuk belajar. Mereka yakin bahwa lebih mudah untuk mengukur fungsi mental, pengetahuan, pendapatan hidup sekolah diakhir tahunnya. Anehnya, mereka tidak mau tahu tentang evaluasi di lingkungan kelas. Bagi mereka, pengalaman belajar lebih penting ketimbang latihan-latihan yang nilainya akan diketahui dimasa depan. Di lain pihak, sejalan dengan kepercayaan di dalam sains-berdasarkan bukti yang didapat sebagai penetapan bagi praktik, mereka beranggapan bahwa kurikulum bekerja menggunakan prosedur-prosedur, apa yang akan dibutuhkan dalam membuat keputusan dan bagaimana cara mengajar yang benar. David Hamilton telah menyimpulkan bahwa ide dan kejadian dalam evaluasi kurikulum selama 150 tahun. Dia menyimpulkan bahwa evaluasi kurikulum jatuh ke dalam kedudukan praktik moral. Pemerintah membuat evaluasi yang wajib dan evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai bagian dari perjuangan beberapa kelompok-pencinta pendidikan, guru, pengelola pendidikan untuk mendapatkan kontrol lebih dalam operasional sekolah.
Model-Model Evaluasi
1. Model Konsensus ( Tradisional dan Teknik Evaluasi)
Keputusan dan Teknik Evaluasi
Evaluasi terdiri atas dua kelompok, yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif digunakan memperbaiki program sedangkan evaluasi sumatif digunakan untuk memutuskan program dan bahan ajar mana yang paling baik. Evaluasi formatif tidak meminta semua siswa untuk menjawab pertanyaan yang sama. Sebaikya, berapa pun banyaknya pertanyaan pertanyaan yang memungkinkan untuk diberikan hendaklah berbeda-beda. Evaluasi sumatif mimiliki beberapa tujuan. Salah satu tujuannya dipilih dari beberapa program kurikulum atau rancangan yang mesti dilanjutkan dan belum berubah.
Tujuan Evaluasi Tradisional
Salah satu tujuan evaluasi adalah untuk memutuskan nilai dalam pembelajaran. Rancangan dari rentetan waktu yang terbuang sangat penting untuk tujuan ini. Tujuan yang lain adalah untuk memutuskan lamanya jangka waktu kebaikan nilai yang ditawarkan kurikulum.
Evaluasi adalah Sebuah Rancangan Kurikulum
Sistematika evaluasi merupakan rancangan kurikulum dengan menilai kebaikan tujuan, kualitas rencana, perluasan rencana yang dapat digunakan, hasil yang dicapai.
2. Model Pluralistik (Humanistik dan Evaluasi Pembangunan Sosial)
Model evaluasi dalam pluralistik memusatkan pada kemanusiaan dan pembangunan sosial yang telah memiliki pengaruh yang kuat. Model evaluasi pluralistik cenderung digunakan hanya ketika penelitian kurang menarik untuk alasan yang baik , biaya, atau pelaksanaannya. Model ini digunakan dengan kurikulum tambahan dan disamakan dengan rancangan ragam kebudayaan, dan alternatif suatu sekolah. Model pluralistik juga sebagai suplemen dalam rancangan eksperimental.
Perdebatan Teknik Evaluasi Kurikulum
Pakar kurikulum, guru, dan administrator sering tidak setuju dengan teknik dalam evaluasi. Banyak muncul percecokan mengenai prosedur karena tiap bagian memiliki tujuan yang berbeda dan membutuhkan pemahaman. Mereka berpendapat bahwa kebaikan prosedur dan format instrumen untuk situasi objektif atau menetapkan tujuan, norma-dan kriteria-referensi tes, kebebasan, dan kebaikan penilaian yang sebenarnya. Perdebatan mereka tidak akan dapat dipecahkan dengan mengambil sikap keras kepala tapi dengan menunjukkan bahwa pendekatan yang satu lebih baik dari pendekatan yang lain.