1.Filsafat Pendidikan Idealisme
Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi siswa dengan kata lain, pendidikan bertujuan untuk membantu pengembangan karakter serta bakat manusia dan kebajikan sosial. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan bakat masing-masing. Pandangan para filsuf idealisme ini dapat dijadikan patokan untuk menerapkan model personal (personal models) dimana model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan yang harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif.
Menurut filsafat idealisme, pada saat guru mengajar di dalam kelas hendaklah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan dapat menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mengajar hendaknya mendorong siswa memperluas cakrawala, mendorong berpikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan moral pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berpikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah moral dan sosial, meningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia.
Jika dihubungkan dengan model-model pembelajaran yang ada, metode mengajar menurut filsafat idealisme ini dapat digolongkan kepada model CTL (Contextual Teaching and Learning). Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat dan seperti yang telah dibahas sebelumnya, yang penting dalam pembelajaran menurut filsafat idealisme adalah bagaimana yang dipikirkan oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung dapat menjadi kenyataan dalam perbuatan. CTL memiliki beberapa komponen sebagai cirinya dan salah satunya yaitu berpikir reflektif dan reflektif itu sendiri adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari, dengan kata lain reflektif itu berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan. Berpikir reflektif ini termasuk ke dalam metode mengajar yang benar menurut filsafat idealisme.
2.Filsafat Pendidikan Realisme
Menurut filsafat realisme, metode penyajian pembelajaran hendaknya bersifat logis dan psikologis. Pembiasaan merupakan metode utama yang diterima oleh para filsuf realisme. Metode mengajar yang disarankan pada filosof realisme bersifat otoriter. Guru mewajibkan para siswa untuk dapat menghafal, menjelaskan, dan membandingkan fakta-fakta, menginterpretasi hubungan-hubungan dan mengambil kesimpulan makna-makna baru. Untuk tujuan memotivasi, lebih ditekankan pada pemberian tes dan ganjarannya pada siswa yang mencapai sukses. Jika dikaitkan dengan model-model pembelajara yang ada, maka filsafat pendidikan realisme ini lebih cocok dengan model modifikasi tingkah laku dimana model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara manipulasi penguatan (reinforcement). Manipulasi penguatan contohnya dapat dengan menggunakan media pembelajaran interaktif atau pembelajaran berbasiskan komputer yang dapat menarik minat siswa untuk belajar. Pada model pembelajaran modifikasi tingkah laku ini terdapat beberapa fase dan salah satu fasenya yaitu Operant Conditioning, dan Operant Reinforcement dimana siswa diberikan hukuman atau peringatan apabila berlaku yang tidak sesuai dengan harapan serta diberi pujian atau hadiah pada saat siswa berlaku sesuai dengan keinginan dan ini sesuai dengan metode pembelajaran dalam filsafat pendidikan realisme untuk tujuan motivasi.
3. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Menurut filsafat pendidikan pragmatisme, pendidikan hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan atau memecahan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan kehidupam sosial. Dalam metode pendidikan, pragmatisme mengutamakan metode pemecahan masalah (problem solving method), serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiry dan discovery method). Jika dihubungkan dengan model pembelajaran yang ada, maka filsafat pendidikan pragmatisme memiliki kaitan dengan model pembelajaran pemrosesan informasi yang berkenaan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan berpikir produktif, serta berkenaan dengan kemampuan inteletual umum. Di sini dapat dilihat dimana model pemrosesan informasi salah satu penekankanannya ada pada kemampuan untuk memecahkan masalah dan pada filsafat pragmatisme, metode pembelajaran yang digunakan salah satunya juga pemecahan masalah.
4. Filsafat Pendidikan Konstruktivisme
Filsafat konstruktivisme tujuannya lebih ditekankan pada perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam sebagai hasil konstruksi aktif si pelajar. Setiap pelajar mempunyai caranya sendiri untuk mengerti, karena itu mereka perlu menemukan cara belajar yang tepat untuk dirinya masing-masing. Dalam konteks ini maka tidak ada metode mengajar yang tepat, satu metode mengajar saja tidak akan banyak membantu pelajar belajar, sehingga pengajar sangat mungkin untuk mempertimbangkan dan menggunakan berbagai metode yang membantu pelajar belajar. Selain itu, mengingat pengetahuan dibentuk baik secara individual maupun sosial, maka kelompok belajar dapat dikembangkan.
Jika dikatkan dengan model pembelajaran yang ada, maka filsafat pendidikan konstruktivisme ini dapat diklasifikasikan pada beberapa model pembelajaran yaitu
a. Model Interaksi Sosial, menitikberatkan hubungan yang harmonis
antara individu dengan masyarakat (learning to life together). Makna suatu objek/peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk (gestalt) dan bukan bagian-baigannya. Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian. Dalam model interaksi sosial ini dapat dilihat bahwa lebih berorientasi pada pembentukan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat dan menurut filsafat konstruktivisme sendiri, pembelajaran yang efektif dapat menggunakan kelompok belajar atau masyarakat belajar (learning comunity) dimana maksud dari masyarakat belajar itu sendiri adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.
b. Model CTL (Constektual Teaching Learning), di dalam CTL,
terdapat beberapa komponen utama yang menjadi ciri dari CTL, diantaranya yang terkait dengan Filsafat pendidikan konstruktivisme ini yaitu:
1. Konstruktivisme, merupakan landasan berfikir (filosofi) dalam pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas. Melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman yang nyata.Dari sini dapat telihat bahwa konstruktivisme adalah landasan berfikir bagi CTL dan otomatis model pembelajaran CTL ini sudah menjadi darah dan daging dengan filsafat pendidikan konstruktivisme
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. Seperti yang selintas telah di bahas tentang dfilsafat penddidikan konstruktivisme dimana pelajar mempunyai caranya sendiri untuk mengerti, karena itu mereka perlu menemukan cara belajar yang tepat untuk dirinya masing-masing, maka dari itu pendekatan menemukan dalam CTL sangat dibutuhkan apabila menerapkan pembelajaran yang berlandaskan filsafat pendidikan konstruktivisme.
Literatur:
Syaripudin, Tatang dan Kurniasih. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.
Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Hamalik, Oemar.1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Rusman. 2008. Pendekatan dan Model Pembelajaran. Tersedia di:
http://kurtek.upi.edu/kurpem/fulltext/Modul%208%20model%20pembelajaran.pdf