Konsep mengenai learning organization pertama kali menjadi istilah yang populer setelah Peter Senge melontarkan gagasannya dalam buku Fifth Discipline. Sejak itu jargon Learning Organization atau terjemahannya Organisasi Pembelajar banyak disebut dan dibicarakan diberbagai kesempatan. Perusahaan di Indonesia mulai banyak yang ‘menyatakan’ bahwa organisasinya adalah ‘learning organization’.
Menurut Peter Senge ada lima disiplin (lima pilar) yang membuat suatu organisasi menjadi organisasi pembelajar.
1. Personal Mastery – belajar untuk memperluas kapasitas personal dalam mencapai hasil kerja yang paling diinginkan, dan menciptakan lingkungan organisasi yang menumbuhkan seluruh anggotanya untuk mengembangkan diri mereka menuju pencapaian sasaran dan makna bekerja sesuai dengan harapan yang mereka pilih.
2. Mental Models – proses bercermin, sinambung memperjelas, dan meningkatkan gambaran diri kita tentang dunia luar, dan melihat bagaimana mereka membentuk keputusan dan tindakan kita.
3. Shared Vision – membangun rasa komitmen dalam suatu kelompok, dengan mengembangkan gambaran bersama tentang masa depan yang akan diciptakan, prinsip dan praktek yang menuntun cara kita mencapai tujuan masa depan tersebut.
4. Team Learning – mentransformasikan pembicaraan dan keahlian berpikir (thinking skills), sehingga suatu kelompok dapat secara sah mengembangkan otak dan kemampuan yang lebih besar dibanding ketika masing-masing anggota kelompok bekerja sendiri.
5. Systems Thinking – cara pandang, cara berbahasa untuk menggambarkan dan memahami kekuatan dan hubungan yang menentukan perilaku dari suatu sistem. Faktor disiplin kelima ini membantu kita untuk melihat bagaimana mengubah sistem secara lebih efektif dan untuk mengambil tindakan yang lebih pas sesuai dengan proses interaksi antara komponen suatu sistem dengan lingkungan alamnya.
Untuk lebih memahami tentang Learning Organization, Mari kita lihat lebih dalam lagi konsep learning organisation yang kemudian dimekarkan oleh penganut Senge yaitu Dan Simpson
Pernyataan Dan Simpson tentang Learning Organization
1. Orang-orang merasakan mereka melakukan sesuatu yang berarti – baik bagi mereka secara personal maupun dalam konteks dunia yang lebih luas. (Karyawan bekerja bukan hanya karena mereka membutuhkan penghasilan tetapi lebih dari itu)
2. Setiap individu di organisasi berkembang, bertumbuh dan memperbesar kapasitasnya untuk berkreasi. (penerapan ide ini banyak dibicarakan sebagai konsep yang paling manusiawi dan progresif dalam mengembangkan organisasi – program MM banyak membahasnya dalam studi kasus sperti perusahaan seperti Microsoft, Honda, 3M)
3. Manusia akan lebih ‘pintar’ jika bekerja bersama daripada bekerja sendirian. Jika Anda ingin sesuatu yang kreatif muncul tugaskan team untuk melakukannya (ide dasar dari proposisi ini adalah ppulernya team based organization – bekerja dengan banyak orang akan
menghasilkan resultan ide dan kinerja yang lebih baik)
4. Visi dari arah perusahaan haruslah muncul dari semua tingkatan organisasi, sehingga mereka bisa memahami bagaimana tindakan mereka saling memperngaruhi satu sama lain.
5. Karyawan bebas melakukan eksperimen, mengambil risiko dan secara terbuka menilai hasil yang telah dicapai. Tidak ada seorangpun yang ‘dibunuh’ karena melakukan kekeliruan
6. Memperlakukan sesama karyawan sebagai rekan kerja, adanya rasa saling menghormati dan percaya satu sama lain. Saling berbicara dan bekerja bersama tanpa memandang tingkatan dan jabatan.
Membentuk learning organization memerlukan komitmen yang kuat dari pemegang saham dan top manajemen. Upaya untuk membentuk learning organization merupakan upaya transformasional yang tidak hanya mengubah budaya kerja tetapi juga menanam dan menginvestasikan perangkat pendukung, infrastruktur, media dan proses pembelajaran itu
sendiri yang tidak sedikit membutuhkan biaya. Membangun learning organization perlu awal yang tepat. Fondasi learning organization terletak pada ada tidaknya sistem dan struktur
organisasi yang tepat dan efektif, pembagian tugas, alokasi tanggung jawab, proses bisnis yang efektif, fasilitas pembelajaran sesuai kebutuhan peningkatan kompetensi inti perusahaan. Penggunaan peta kompetensi yang berisi kelengkapan kompetensi human interaction effectiveness, leadership, characters, kompetensi teknis, pengetahuan industri beserta teknologinya menjadi prasyarat mutlak jika kita ingin berhasil membangun learning organization. Tidak sedikit perusahaan yang mengklaim dirinya sebagai learning organization. Padahal jika kita singkap yang dimaksud learning organization dalam praktiknya hanyalah sebatas membentuk team yang masing-masing anggotanya ditugasi untuk membaca buku-buku manajemen yang ada diperpustakaan atau dari artikel manajemen dan dibuat forum untuk saling mengajarkan ketemannya apa yang telah dibaca dan dipelajari.