A. Hawa Bukan Berasal Dari Tulang Rusuk Nabi Adam AS
Kita sering mendengar riwayat, bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam, sampai-sampai ada ungkapan yang mengatakan, wanita dijadikan dari tulang rusuk dengan tujuan agar selalu dekat dengan hati, agar senantiasa setia mendampingi, serta mudah untuk diberi peringatan. Begitu juga hampir semua kitab-kitab tafsir menyebutkan, kisah penciptaan Hawa menjadi dasr bagi ulama tafsir menjelaskan maksud ayat pertama Surat An-Nisa’ (lihat t
afsir at-Tabari, al-Baidhawi, al-Kahzin dan lain-lain).
Padahal, kenyataannya tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur’an dan Hadits Rsulullah SAW yang secara jelas menyebutkan hakikat kejadian Hawa. Al-Qur’an tidak menyebutkan Hawa diciptakan dari Adam, tetapi manusia itu diciptakan dari jiwa yang satu. Apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an ialah manusia itu diciptan dari jiwa yang satu. Apa yang disebutkan dalam Al-Qur’an ialah manusia itu diciptakan dari jenis yang sama.
Menurut A’la Al-Maududi, hadits-hadits Rasulullah SAW tidak menyatakan secara jelas dan detail hal penciptaan Hawa sebagaimana yang telah terlanjur tersebar dalam masyarakat Islam ini. Karena memang tidak ada hadits nabi SAW pun yang menerangkan asal-usul kejadian hawa yang demikian.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekeliruan dalam sejarah penciptaan hawa tersebut, yaitu:
1. Sejarah Berpegang dengan Riwayat Israiliyat
Pasal kedua dalam Sifr at-Takwin menyebutkan Hawa diciptakan dari tulang rusuk kiri Nabi Adam AS ketika nabi Adam sedang tidur. (Tafsir al-Manar, jilid 4, halaman 268). Itu lantaran ada riwayat dalam kitab kitab dahulu (ahli-ahli tafsir) yang terus menganggap hal ini sebagai argumentasi atau penafsiran Al-Qur’an Pada hal kenyataannya adalah penafsiran ayat Al-Qur’an dengan tafsir Israiliyat dan keterpengaruhan itu bisa dimaklumi sebab kitab-kitab nabi terdahulu lebih awal diturunkan dari A-Qur’an. Karena itu tidak menutup kemungkinan para mufasir awal, terpengaruh juga dengan mufasir al-Kitab yang lebih dulu ada. Sedangkan, hadits-hadits yang berhubungan dengan masalah ini juga mempunyai beberapa versi, antara lain:
a. Perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk
b. Perempuan seperti tulang rusuk
c. Perempuan adalah tulang rusuk
2. Mengkhususkan keumuman Hadits tanpa Nash yang jelas
Salah satu bentuk kekeliruan ialah mengkhususkan lafadz hadits yang khusus menjadi umum atau sebalinya dan menyebut perempuan untuk disandarkan pada hawa, jelas suatu kekeliruan juga sebaliknya. Hadits-hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW semuanya dengan jelas menyatakan perempuan dalam bentuk jamak dan tidak ada yang menyebutkan hawa secara khusus. Jelasnya, para penafsir menyangka, bahwa maksud perempuan dalam hadits tersebut adalah Hawa tanpa ada Nash yang lain yang menentukan makna yang dikehendaki oleh Rasulullah.
3. Kekeliruan Memahami Kata Sandi Nama Min من
Walaupun perkatan min itu member arti “dari” atau “sebagian”, kata sandi nama min juga mempunyai makna lain seperti “untuk menyatakan sebab” dan “menyatakan jenis suatu hal”. Oleh sebab itu, pemakaian huruf ini dalam bahasa arab adalah luas dan tidak semestinya terikat dengan satu makna saja. (Ibn Hisyam, Mughni Al-Labib, jilid 1, halaman 319)
Abu Muslim Al-Asfahani dalam Hasyiah Zadah ‘Ala al-Baidhawi mengatakan, maksud mencipakan dari pasangannya ialah menciptakan dari jenisnya. Ini terdapat dalam surat-surat di Al-Qur;an sbb:
Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cendrung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih dan saying . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS ar-Ruum (30):21)
Dan Allah telah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagi kamu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu dan memberikan rezki yang baik-baik. Maka mengapa mereka beriman kepada yang Bathil dan mengingkari nikmat Allah (Qs an-Nahl:72)
Ayat-ayat tersebut di atas, tidak bisa serta merta dipahami sebagai istri-istri kita itu diciptakan dari diri atau jasad kita sendiri, tetapi mesti dipahami sebagai mereka itu dari jenis yang sama dengan kita (baca;kaum laki-laki).
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari jenis kamu, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan ( keimanan dan keselamatan) bagimu dan sangat kasih serta menyayangi kepada orang-orang yang beriman (At-Taubah(9):128)
Dari ayat di atas dapat dipahami kalau Rasul adalah sama seperti kita, dari kalangan manusia dan bukan dari kalangan malaikat. Dari kalangan manusia juga adalah jiwa yang satu dan bukan merupakan bagian dari jiwa yang lain/manusia yang lain.
Dalam Hadits ditafsirkan bahwa sifat dan perasaan perempuan itu dari jenis yang lembut dan mudah berbelok
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari ahir, maka janganlah menyakiti tetangganya dan hendaklah dia menjaga wanita dengan sebaik-baiknya, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang paling atas, jika kamu berusaha untuk membetulkannya kamu akan mematahkannya, jika kamu terus membiarkan begitu ia akan terus bengkok. Oleh karena itu jagalah wanita-wanita dengan baik (HR.Bukhari/4890)
Perempuan itu seperti tulang rusuk. Jika kamu ingin membetulkannya kamu akan mematahkannya (HR.Bukhari/4889)
Hadits di atas telah dikemukakan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab an-Nikah bab menyayangi wanita. Tujuan al-Bukhari mengemukakan hadits ini ialah untuk menyatakan sifat fitrah wanita, bukan hakikat kejadian mereka. Apakah tubuh atau jasad wanita akan mudah patah apabila dikasari oleh orang lain?Tentu sekali tidak.
Sesungguhnya perempuan itu seperti tulang rusuk. Jika kamu ingin membetulkannya kamu akan mematahkannya. (HR. Muslim/1468).
Hadits ini lebih jelas lagi menyatakan sifat perempuan itu seperti tulang rusuk, bukan diciptakan dari tulang rusuk.
Sesungguhnya perempuan itu tulang rusuk. Jika kamu bermaksud meluruskannya maka kamu akan mematahkannya.(al-Adab-Mufrad/747)
Apakah hadits ini menyatakan hakikat perempuan itu sebenarnya tulang rusuk?Tentu sekali tidak. Hadits ini merupakan satu bentuk tasybih atau perumpamaan yang mempunyai nilai balaqhah atau retorik yang tinggi-perkataan yang menyatakan persamaan tidak digunakan-begitu juga sudut keserupaan (kesamaan) tidak disertakan. Ayat yang kedua bisa juga dikatakan sebagai bukti bahwa perkataan tulang rusuk tidak dipahami secara harfiah.
Rasullah SAW membuat perumpamaan wanita seperti tulang rusuk bukan bermaksud untuk merendahkan kedudukan mereka, tetapi sebagai peringatan kepada kaum lelaki supaya memberi perhatian lebih baik kepada mereka, melayani mereka dengan baik, mendidik dan menjaga hati mereka dengan lembut dan penuh kesabaran. Sama seperti lelaki, wanita sama-sama berperan untuk menegakkan agama dan mengurus hal ihwal kehidupan.
Dengan pemahaman yang benar mengenai hadits-hadits tersebut, maka jelas tertolak anggapan, bahwa wanita adalah makhluk nomor dua, karena dijadikan dari seorang lelaki bernama Adam.
B.Hawa Tidak membujuk Nabi Adam AS Untuk memakan buah Khuldi
Allah SWT menempatkan nabi Adam AS dan istrinya (Hawa) dalam surga, sebelum mereka berdua diturunkan ke dunia ini. Di tempat yang indah itu, Allah menghalalkan kepada mereka berdua makanan-makanan, kecuali buah dari satu pohon, yang sering disebut sebagai pohon khuldi. Tipu daya Iblis menyebabkan mereka berdua memakannya, dan inilah menjadi awal dari keberlangsungan kehidupan manusia di dunia ini.
Banyak kalangan yang menyebutkan bahwa penyebab turunnya mereka berdua ke dunia ini, karena Hawa telah membujuk Adam memakan buah tersebut. Hal ini disebutkan oleh Ibn Hajar al-‘Asqalani ketika menguraikan hadits sbb:
Dari Abu hurairah dari Rasulullah SAW: “tidak karena Hawa, perempuan tidak akan mengkhianati suaminya.
Kata Hafiz Ibn Hajar: “Dalam hadits ini terdapat isyarat bahwa itu semua terjadi, karena Hawa memberi gambaran yang indah tentang masalah ini kepada Adam, lalu terjadilah apa yang akan terjadi. Makna khianat Hawa ialah karena dia telah menerima bujukan Iblis, kemudian membujuk Adam. Sebab Hawa dikatakan sebagai ibu bagi semua wanita dan ia juga sama dari segi kewanitaannya, seperti melahirkan anak. Maka tidak ada seorang wanitapun yang selamat ketika mendurhakai suaminya, baik dengan ucapan maupun perbuatan (Fath al-Bari, jilid 6 halaman 515).
Ketika menjelaskan maksud hadits ini, Hafiz ibn Hajar tidak merujuk pada berbagai riwayat hadits atau pendapat sahabat. Penjelasan beliau hanya berdasarkan pada ijtihadnya semata. Tentu saja beliau mempunyai sumbernya sendiri. Apabila beliau tidak mencantumkan berbagai riwayat hadits yang menjadi rujukannya, dan sudah pasti sumbernya adalah riwayat Israiliyyat. Kalau seandainya ada riwayat yang dikemukakannya, maka riwayat itu tidak shahih karena bertolak belakang dengan fakta-fakta Al-Qur’an.
Dengan merujuk pada Al-Qur’an, segala kepalsuan riwayat tersebut akan tampak dengan jelas. Allah SWT berfirman:
Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya dan setan berkata, “Tuhan kamu tidak melarang kamu dari mendekati pohon itu, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (di dalam surga).(QS.al-A’raf(7):20)
Dalam ayat ini jelas bahwa setan yang membujuk Adam dan Hawa, Bukan setan yang membujuk Hawa, kemudian Hawa membujuk Adam. Dalam surat Thaha (20):120, penafian bahwa Hawa tidak membujuk Adam lebih jelas lagi:
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dan berkata:”Hai Adam maukah kutunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajan yang tidak akan binasa?”
Sekali lagi setan, bukannya Hawa, yang membujuk nabi Adam sehingga tergodalah mereka berdua. Bahkan diriwayat lain setan sempat memberikan sumpah palsu.
Dan dia (setan) bersumpah kepada mereka berdua: Sesungguhnya saya termasuk dalam kalangan orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua. Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah tersebut nampaklah bagi mereka berdua aurat masing-masing dan mereka berdua mulai menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan menyeru mereka berdua: Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepada kemu berdua, sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu berdua.(QS.al-A’raf (7):21-22)
Allah menegur Adam karena lupa kepada janji, bukan karena menerima bujukan Hawa dan Hawa tidak pula ditegur oleh Allah karena kesalahannya mengkhianati suaminya.
Al-Sabuni mengutip Tafsir at-Tabari dan Tafsir Ibn Katsir bahwa Ibn Abbas berkata:”Setan memperdayakan mereka berdua dengan sumpah. Adam menyangka bahwa tidak seorang pun berani berdusta dalam bersumpah dengan nama Allah, lalu setan memperdayakan mereka berdua dengan sumpahnya.”(Safwah Al-Tafasir, jilid 1 halaman 439).
Jadi pemahaman kita selama ini, banyak yang keliru mengenai Adam dan Hawa. Pada hal sebagai umat Islam, kita harus jeli dalam menganalisa berbagai informasi termasuk sejarah yang menyangkut masa depan dan umat. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “Orang sukses belajar dari pangalaman dan sejarah”. Kalau ingin umat ini maju dan sukses, harusnya belajar dari sejarah yang benar.
Sumber bacaan:
Saepulloh Aep. 2008. Ya Allah Benarkah Sejarah ini?-Meluruskan Beberapa Kisah dalam Islam Menuju Pemurnian Sejarah yang Sebenarnya.Depok:Shuhuf.