A. HUBUGAN PERGAULAN DAN PENDIDIKAN
Manusia adalah mahluk sosial. Artinya manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia harus melakukan kerjasama dengan manusia lainnya untuk menjalani kehidupannya. Selain itu manusia juga memiliki kebutuhan untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika manusia tidak melakukan komunikasi dengan manusia lainnya. Hidupnya akan merasa sepi dan hampa. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan berinteraksi dengan manusia lainnya. Pemenuhan kebutuhan ini selanjutnya kita sebut sebagai pergaulan.
Ada beberapa jenis pergaulan yang dilakukan oleh manusia. Berdasarkan pelakunya pergaulan dapat dikategorikan sebagai berikut,
1. pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa,
2. pergaulan orang dewasa dengan anak - anak,
3. pergaulan orang anak - anak dengan anak – anak.
Seperti telah kita bahas sebelumnya bahwa komunikasi atau interaksi adalah sebuah kebutuhan bagi manusia. Ternyata manfaat pergaulan tidak hanya untuk mengisi “kekeringan” yang akan terjadi pada diri manusia. Ternyata pergaulan pun dapat bermanfaat bagi proses pendidikan.
Namun walau demikian tidak semua pergaulan dapat dikatakan sebagai pendidikan. Pergaulan dapat kita bedakan menjadi dua kategori yaitu pergaulan biasa dan pergaulan pendidikan.
Pergaulan biasa adalah pergaulan yang biasa terjadi sehari – hari. Misalnya ketika anak – anak bermain tebak – tebakan, ibu – ibu yang sedang berbincang – bincang, atau bahkan tawar menawar yang terjadi di pasar.
Sementara pergaulan pendidikan adalah pergaulan yang didalamnya terjadi proses pendidikan. Misalnya pergaulan guru dan siswa ketika pelajaran matematika atau pergaulan antara seniman dan seorang anak ketika privat kesenian.
B. PENDIDIKAN DALAM PERGAULAN ORANG DEWASA DAN ANAK - ANAK
Seperti telah kita bahas bahwa salah satu bentuk pergaulan berdasar pelakunya adalah pergaulan antara anak – anak dan orang dewasa. Situasi pergaulan pendidikan hanya mungkin terjadi dalam bentuk pergaulan antara anak – anak dan orang dewasa. Hal ini senada dengan apa yang dikatan oleh M.J. Langeveld, “... lingkungan tempat kita melihat fenomena pendidikan terlaksana pada pergaulan orang dewasa dengan anak.”
Alasan bahwa pendidikan hanya terjadi dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak karena dalam proses pendidikan membutuhkan seorang pendidik yang memiliki nilai kewibawaan. Kewibaan yang dimaksud adalah kekuatan pribadi pendidik yang diakui dan diterima secara sadar dan tulus oleh anak didik, sehingga dengan kebebasannya anak didik mau menuruti pengaruh positif dari pendidiknya. Ada beberapa hal yang dapat memunculkan nilai kewibawaan pada pendidik. Hal – hal itu diantaranya adalah,
1. kasih sayang terhadap anak didik,
2. kepercayaan anak didik kepada anak didik,
3. kedewasaan,
4. identifikasi terhadap anak didik,
5. dan tanggung jawab pendidikan.
Perlunya Ketegasan dalam Mengubah Situasi Pergaulan Biasa Menjadi Situasi Pendidikan
Ketegasan disini maksudnya adalah ketegasan yang dilakukan secara wajar dan tanpa kekerasan, apabila menggunakan kekerasan haruslah beralasan dan tidak boleh seenaknya. Ketegasan digunakan untuk menunjukkan kejelasan perbedaan antara pengetahuan, sikap, nilai-nilai serta mana perbuatan yang benar dan mana perbuatan yang salah.
Kepercayaan Sebagai Syarat Tehnik Pendidikan.
M.J. Langeveld pernah membuat pernyataan bahwa “perhubungan yang berdasarkan percaya mempercayai merupakan syarat tehnik bagi pendidikan”. Dari pernyataan Langeveld ini, dapat dirasakan betapa pentingnya saling mempercayai antara pendidik dengan anak didik. Jika dalam diri anak didik sudah tertanam kepercayaan bahwa pendidiknya adalah orang yang menyayanginya, orang yang baik, orang yang dapat memberikan perlindungan atau rasa aman, orang yang dapat memberikan bantuan, dsb, maka usaha untuk mengubah situasi pergaulan biasa menjadi situasi pendidikan dapat dengan mudah terwujud, begitu juga dengan pendidik, jika ia mempercayai anak didiknya mampu berbuat baik, dapat membedakan mana yang baik dan benar, serta mampu berdiri sendiri setelah dilakukan pembelajaran sebagai langkah untuk menuju kedewasaan, maka pergaulan antara pendidik dan anak didik akan kondusif dan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Lingkungan Pendidikan
Pergaulan dalam rangka pendidikan dapat berlansung di berbagai lingkungan. Secara umum, lingkungan pendidikan dibedakan menjadi:
1. Lingkungan pendidikan informal (Keluarga)
2. Lingkungan pendidikan formal (Sekolah)
3. Lingkungan pendidikan nonformal ( Masyarakat)
C. Sifat Pendidikan
Pendidikan bersifat normatif, maksudya sipendidik mesti mengetahui bagaimana seharusya kepribadian seorang pendidik yang baik dan bagaimana ia bertindak atau melakukan pergaulan yang baik dengan anak didiknya.Tujuan, isi, cara dan alat pendidikan yang digunakan pendidik semuanya harus diarahkan untuk membimbing anak didik kepada hal-hal yang baik atau kearah kedewasaan disamping itu, pendidik juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan aspek pribadi anak didik agar tujuan dalam pendidikan dapat tercapai dan kesalahan-kesalahan dalam pergaulan pendidikan dapat dihindari.
skip to main |
skip to sidebar
Kamis, 04 Agustus 2011
Pedagogik
Pedagogik
2011-08-04T11:37:00+07:00
Aswel
Ilmu Pendidikan|
Anda Pengunjung ke...
TerPopuler
-
Sejarah Pragmatisme Aliran ini pertama kali tumbuh Di Amerika pada tahun 1878. Ketika itu Charles Sanders Pierce (1839 – 1914) menerbitkan s...
-
1. Konsep, Esensi dan Kilasan aliran Filsafat Progresivisme Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun ...
-
1. Hubungan antara sistem, informasi dan manajemen untuk keperluan pendidikan Sistem adalah seperangkat komponen yang saling berhubung...
-
Setahu ane, cerita Romeo & Juliet ditulis oleh seorang Inggris bernama William ShakeSpeare. Ini cerita begitu menginspirasi dan sudah ba...
-
1. Sebutkan keuntungan dan kerugian media periklanan yang berbeda ? (minimal 3 macam) - Media periklanan televisi Keuntungan: a. Den...
KoMentar
Diberdayakan oleh Blogger.